ENERGY ECONOMICS

"Dan mengenai minyak ini, terserah pada diri kita sendiri apakah mau barter, mau refining sendiri atau mau dijual sendiri. Atau kita minta tolong kepada patner untuk menjualkanya, unuk kita" - Ibnu Sutowo, Mantan Dirut Pertamina

PHOTOGRAPHY

"There is only you and your camera. The limitations in your photography are in yourself, for what we see is what we are" - Ernst Haas

TRAVELLING

"Most days of the year are unremarkable. They begin, and they end, with no lasting memories made in between. Most days have no impact on the course of a life " - 500 days of summer

FOOTBALL

"The game of life is a lot like football. You have to tackle your problems, block your fears, and score your points when you get the opportunity" - Lewis Grizzard

ECONOMICS

"Banyak intelektual menganggap bahwa merupakan suatu kejahatan tingkat tinggi, apabila seorang ilmuan menulis terlalu indah bagaikan seniman" - Paul Samuelson

15 July 2014

Der Panser 2014: A Beautiful Process


"Getting bigger by getting better, we don't get better by getting bigger" - Edwin Gerungan, Mantan Komisaris Bank Mandiri

Entah kenapa saya sangat mengagumi kutipan diatas, bukan karena saya dengan pak Edwin menperoleh gaji dari perusahaan yang sama, namun saya merasa kutipan tersebut sangat mewakili indahnya sebuah proses jika dijalani dengan sebaik-baiknya. Kita menjadi besar karena kita lebih baik, namun kita tidak akan menjadi lebih baik karena kita menjadi besar.

Begitulah kira kira intro dari tulisan saya ini, sekaligus menggambarkan kesuksesan Timnas Jerman menjuarai Piala Dunia 2014 buah dari proses panjang yang sangat indah menurut saya. Setidaknya poin-poin dibawah ini bisa menggambarkan kalo Tim ini tidak dibangun dengan instan. Cekidot:

Pertama, seingat saya titik balik kecemerlangan sepakbola Jerman pada awal millennium ke-3 ini adalah kala Tim Jerman gagal lolos fase grub di Piala Dunia 2004. Kala itu Jerman gagal bersaing dengan Republik Ceko dan Belanda yang akhirnya keduanya lolos

Ke fase knock out. Sebagai tim yang punya tradisi sepakbola yang agung, Jerman tak terima jika lolos fase grub di sebuah turnamen besar. Saat itulah reformasi sepak bola Jerman dimulai ketika federasi sepakbola Jerman (DFB) menunjuk pelatih yang belum pernah menangani sebuah club ataupun timnas, Jurgen Klismann. Perjudian yang luar biasa.

Kedua, perjudian DFB ternyata sukses besar, Jurgen Klismann berhasil membuat cetak biru bagi sepak bola Jerman, yang dilakukannya saat itu adalah membuat grand strategy dan menu latihan untuk timnas Jerman dan kemudian menyebarkanya ke seluruh tim yang ada di Bundesliga agar memberi porsi menu latihan tersebut. Hasilnya siapapun dan dari klub manapun di Bundesliga yang dipanggil ke Timnas Jerman akan langsung nyetel dengan latihan dan strategi Die Nationalmannchaft karena kurikulum nya sudah pernah diajarkan di level club. Jenius.

Ketiga, DFB merupakan federasi dengan tingkatan yang paling banyak. Tercatat tidak kurang ada 27 tingkatan yang terdaftar dan diatur oleh DFB dari tingkatan paling amatir kelas ‘tarkam' sampai Bundesliga 1 yang berisi pemain kelas satu di negeri asal dari Adolf Hitler tersebut. Sebuah pembinaan sepakbola yang sangat tersetruktur.

Keempat, Jerman merupakan negara yang sangat melek teknologi. Bukan soal Mercedez Benz, BMW atau Volk Wagen, namun teknologi aplikatif dalam sepakbola. Masih ingat dengan Footbonaut yang popular seiring kesuksesan Borussia Dortmund melenggang ke final Liga Champions 2013 lalu. Footbonaut adalah sebuah mesin yang mampu meningkatkan teknik pemain bola dengan melontarkan bola ke pemain yang kemudian harus menembakan ke 64 panel acak yang akan menyala random. Teknologi seharga 3 juta dolar AS ini sukses meningkatkan kontrol, stamina, kecepatan dan kualitas umpan para pemain Dortmund. Tak Cuma itu, teknologi selanjutnya adalah Match Insight besutan SAP (raksasa teknologi Jerman). Teknologi tersebut merupakan sebuah dashboard yang berisi seluruh data pemain yang ada di Bundesliga. Data yang disajikan cukup komplit seperti passing, daya jelajah pemain, lama menyentuh bola, dan masih banyak data lainya. Oleh karena teknologi ini Joachim Low tak mungkin salah ambil pemain.

Kelima, Timnas Jerman sejak era Klismann selalu menekankan kolektabilitas tim sebagai filosofi permainan. Tak ada pemain yang benar-benar menjadi kartu AS, kalrena semua pemain di tim Jerman punya peran dan kontribusi masing-masing. Tak heran anda pasti akan kebingungan jika disuruh menyebutkan bintang di Timnas Jerman 10 tahun terakhir ini? Mesut Ozil? Schweinsteiger? Manuel Nuver? Philip Lahm? Ada yang bisa menyebutkan bintang seperti Neymar di Brazil, Ronaldo di Portugal atau Messi di Argentina pada timnas Jerman? 

"Apa yang kami raih hari ini tak bisa dipercaya. Selama 120 menit kami bekerja bersama-sama sebagai tim. Tidak penting anda punya pemain terbaik, karena yang anda butuhkan adalah tim terbaik" - Phillip Lahm, seusai pertandingan final lalu.

Keenam, keberhasilan Jerman menjadi juara Piala Dunia datang dari sukses mengembangkan sistem pembinaan pemain. Sebelum bertakhta di Piala Dunia 2014, separuh skuat Die Mannschaft menjuarai Piala Eropa U-21 di tahun 2009. Mereka adalah Manuel Neuer, Jerome Boateng, Matt Hummels, Benedikt Hoewedes, Khedira, Mesut Ozil. Mereka sudah berada di tim yg sama selama 5 tahun!

Ketujuh, sumber dana yang luar biasa besar untuk sepakbola Jerman. Bayangkan saja, ketika semua tim sibuk menyewa dan mendaftar kriteria basecamp untuk hotel, pusat kebugaran dan latihan di Brazil saat piala dunia lalu. Negara ini justru sudah mempersiapkanya lebih dari 6 bulan yang lalu dengan membuat semua fasilitasnya sendiri termasuk jalan menuju pusat latihan itu. Jika hanya untuk turnamen selama satu bulan Negara harus membangun fasilitas latihan sendiri dinegara lain, apa yang akan anda simpulkan? Orang kaya buang-buang duit!

Terakhir, anda boleh setuju dengan saya atau tidak, tapi faktor penyempurna kisah sukses mereka adalah Kanselir Angela Markel. Wanita nomer satu di Negara itu tak sungkan untuk menonton di tribun penonton ketika timnas Jerman bertanding. Tak hanya itu, Angela Markel bahkan sering masuk ke ruang ganti pemain dan memberikan motivasi langsung sesaat sebelum Jerman bertanding. Puncaknya di final kemarin tak hanya Angela yang datang, Presiden Jerman juga hadir di Maracana Stadion. Kepedulian pemimpin negara sangat penting untuk motivasi pemainya di lapangan. Leader always makes perfect.

Kombinasi 7 poin perjalanan panjang Tim Panser jerman menuju bintang yang keempat diatas logo federasi sepakbolanya memang menunjukan cerita manis di Maracana lalu itu tak mudah. Jerman menjadi besar seperti sekarang karena Jerman selalu lebih baik dan belajar tiap kali turnamen yang mereka ikuti, skuad jerman tahun ini tak sehebat Jerman 2012 atau 2010, namun prestasinya justru lebih tinggi, karena mereka belajar dari pengalaman.

Akan tetapi, terlepas dari serangkaian proses indah Timnas Jerman, saya hanya mau menekankan yang paling penting tentu saja segala cerita indah mengenai proses Timnas Jerman ini tak akan bisa dituliskan dengan indahnya jika tim ini tak menjuarai piala dunia. Seperti kutipan dari tokoh idola saya Dahlan Iskan:

"Jadi kalau bekerja orientasinya harus kepada hasil, jangan pada proses, kelihatanya sibuk sekali tapi menghasilkan atau tidak?"

Oh iya karena saya orang yang menghargai proses tak seharusnya saya menulis tulisan ini saat jam kerja, karena ini bukan ‘proses' saya. Maafkan saya pak direktur. 

Weltmeister Die Nationalmannschaaft!