Saya rindu mendengar gemuruh kumandang
Lagu Indonesia Raya yang begitu menggetarkan jiwa di Stadion Gelora Bung Karno
yang memerah.
Sore tadi kombinasi dua pelatih
tersukses di liga Indonesia dalam satu dekade terakhir, Rahmad Darmawan dan
Jacson F Tiago ― keduanya juga pernah mengantarkan Persipura menjadi
Kampiun di Liga Indonesia pada tahunnya masing-masing, mengumumkan 28 nama
pemain Timnas Indonesia untuk melawan Arab Saudi di Pra Piala Asia 2015. Timnas
kali ini bisa jadi menjadi babak baru persepakbolaan tanah air, menyusul Kongres
Luar Biasa PSSI dua hari lalu yang konon katanya menemui kesepakatan baru ― meski dalam
hati saya yang terdalam, kisruh sepakbola indonesia belum akan surut.
Akhirnya, sayapun takjub dengan 28
nama yang telah diumumkan itu. Kalo dalam 5 tahun terakhir skuat Garuda tak
dihuni pemain-pemain terbaik negeri ini, kali ini, menurut saya, nama-nama ini
sudah merepresentasikan kekuatan sepakbola Indonesia ― jika disuruh sebut angka saya berani
menyebut diatas 80 persen. Saya pun langsung mencoba mengotak atik line-up
terbaik tanpa bermaksud meringankan tugas Rahmad Darmawan dan Jackson F Tiago,
berikut the winning streak versi saya.
Posisi penjaga gawang saya masih
percaya pada Kurnia Meiga, meski kiper asal Bali, I Made Wirawan juga cukup
tangguh menurut saya. Dibarisan pertahanan ada banyak nama punggawa kelas satu
Indonesia, pilihanya jatuh pada kombinasi: Raphael Maitimo, Victor Igbonefo,
Abudur Rahman, Zulkifli Syukur ― meskipun M. Ridwan, Ricardo Salampessy, dan
Hamka Hamzah juga tak begitu buruk. Didepan barisan pertahanan, jika mau
menggunakan Deep Lying Playmaker, saya yakin pada Ponaryo Astaman. Tapi jika
mau menggunakan kombinasi Holding
Midfielder dan Box-to-Box Midfielder,
pilihanya jatuh pada duet Firman Utina dan Ahmad Bustomi.
Menuju sisi lapangan, kali ini Timnas
punya nama-nama yang mengusung kecepatan, seperti Andik Vermansyah dan pemain
naturalisasi baru Greg Nwokolo (meski juga bisa dipasang didepan). Di ujung
tombak, pilihan saya jatuh pada bintang iklan Pocari Sweet, Irfan Bachdim dan
pemain berdarah Belanda, Sergio van Dijk. Namun jika butuh penyerang yang bisa
men-delay permainan seperti Demitar Berbatov di Fulham, nama Titus Bonai layak
dimasukan kedalam squad Merah-Putih.
Sampai paragraf ini semuanya terasa
menyenangkan, antusias memuncak, sepertinya tak sabar menuju pertandingan
Timnas Indonesia versus Arab Saudi. Kepala saya pun dipenuhi optimisme yang
luar biasa dan tentunya harapan masa keemasan sepakbola Indonesia tak lama
lagi. Bisa dibayangkan auranya ketika kongres berhasil, penyatuan liga disepakati,
dualisme kepengurusan pun nampaknya akan berakhir, pemain terbaik negeri ini
siap berkontribusi, dan ditambah dua pelatih tersukses di Indonesia satu dekade
terakhir dibelakang mereka.
Tapi tunggu sebentar, semua kesenangan
dan optimisme itu nampaknya tak akan lama, setelah saya mendapati berbagai
kutipan dari petinggi sepak bola beberapa hari ini. Silahkan disimak dan coba dirasakan
apa yang terjadi sesungguhnya, kutipan ini sudah saya urutkan rentang waktunya.
"Saya dan teman-teman tadi
siang habis shalat Jumat diminta suruh pulang oleh Blanco. Alasannya tidak tahu.
Katanya kami tidak memenuhi syarat, teman-teman juga kaget dan bingung. " Kiper Timnas, Syamsidar.
"Alasannya tidak disiplin.
Seharusnya mereka berbicara dulu kepada pihak BTN. Tidak disiplinnya seperti
apa. Anak-anak baru datang hari Rabu. Saya curiga dia bukan pelatih. Habis bertanding
tidak bisa digenjot seperti itu, kalau pemain ISL tidak bisa masuk ya semua
saja dikeluarkan. Belum melihat secara benar, tapi sudah dicoret saja." Sekjen
PSSI, Harbiansyah.
"Saya awalnya memang
dihubungi kemarin melalui telepon dan disampaikan bahwa timnas tidak ada
pelatih. Kemudian saya menyetujui, saat diinformasikan, saya hanya akan sampai
melawan Arab Saudi. Saya akan membantu semampunya." Pelatih sementara Tim
Nasional Indonesia.
"Untuk itulah diperlukan
coach sekelas Blanco. Rencana memasukan nama Coach RD belum pernah
dikonsultasikan kepada saya, tahu-tahu nama coach RD sudah didaftarkan ke AFC
sedangkan coach Blanco yang menangani timnas." Ketua PSSI, Djohar Arifin
Husein.
"Belum ada sama sekali
pemberitahuan tentang status saya. Saya masih merasa pelatih. Saya di kontrak
dua tahun, tapi saya belum dikasih tahu siapa yang akan memimpin timnas lawan
Arab Saudi." Pelatih Timnas, Luis Manuel Blanco.
"Pelatih timnas tetap
Blanco. Rahmad dan Jacksen ilegal." Ketua Badan Tim Nasional, Isran Noor.
"Saya bawalah kepada Djohar.
Dan dia setuju. Berarti jika dia berbeda omongannya, itu artinya dia memojokkan
saya. Semua saya laporkan. Komunikasi juga dengan ketua BTN sangat susah
sekali. Apakah ponselnya hilang, kecewa dia saudara saya sendiri." Sekjen
PSSI, Harbiansyah.
Sudah bisa dibayangkan? ― Saya
menduga, para petinggi sepak bola kita dulu masa mudanya suka digantungkan
hubungannya oleh pasangan, oleh karena itu sekarang mereka diberi kekuatan
untuk menggantungkan nasib masyarakat sepakbola Indonesia.
Ketika optimisme telah memuncak,
ada saja prahara yang tak henti-hentinya menguji sepakbola Indonesia. Masalah Apa
yang terjadi dalam kasus Blanco-RD adalah ulangan dari kasus sebelumnya yang
melibatkan Nil Maizar. Usai menjalani pertandingan menghadapi Irak di
Kualifikasi Piala Asia, tiba-tiba Djohar Arifin Husin memperkenalkan Blanco
sebagai pelatih timnas yang baru. PSSI 'menggantung' Nil karena sama sekali
tidak memberi penjelasan soal statusnya, hingga hari ini. Berarti saat tulisan
ini anda baca, Timnas Indonesia sebenarnya ditangani oleh 3 orang: Nil Maizar,
Luis Blanco, dan Rahmad Darmawan.
Oh iya, jangan lupakan juga
pelatih Timnas ― favorit saya juga, yang membintangi iklan Sosis dan jasa pengiriman
barang JNE, Alfred Riedl. Ketika itu Riedl diputus kontraknya secara sepihak
oleh PSSI, dengan dalih kontraknya (bersama kepengurusan lama PSSI) tidak
jelas.
Pada akhirnya proses penunjukkan
pelatih timnas tidak dilakukan secara transparan ini menunjukkan bahwa
manajemen timnas dikelola secara tidak profesional, banyak kewenangan yang tak
tertulis jelas, asymetric information
merebak, dan tentunya konflik kepentingan.
Apapun yang
tidak dimulai dengan baik, tidak akan berakhir dengan baik.
Selesai.
Oh iya saya
baru saja membeli Air Freshner Matic,
kemudian untuk alasan ekonomis saya atur waktu 40 menit, dan saya mendengar 3
kali semprotan disertai aroma Green
Fantasy saat saya menulis tulisan ini.