27 December 2014

Stand By Me

Adalah cinta yang mengubah jalanya waktu, karena cinta waktu terbagi dua, denganmu dan rindu kembali ke masa itu” – Rangga, Ada Apa Dengan Cinta, 2014

Malam ini saya ditinggal dua teman kos saya yang pulang lebih awal karena libur natal. Entah kenapa malam ini terjadi kegamangan yang amat sangat dalam diri saya. Bukan karena kesendirian saya malam ini, tetapi lebih karena saya tidak pernah ditinggalkan mereka berdua sebelumnya, biasanya saya yang lebih dahulu meninggalkan mereka. Ternyata ditinggal dan meninggal itu punya efek psikologis yang berbeda. Meskipun sekiranya sama-sama sendiri, efek ditinggalkan ternyata jauh lebih dalam ketimbang meninggalkan.

Hukum Newton 3: Syarat untuk mencapai sesuatu adalah meninggalkan sesuatu” – Interstellar.

Beberapa hari yang lalu, ketika saya baru saja pulang dari kampung halaman, saat itu menunjukan pukul sepuluh malam (mungkin lebih), saya hendak keluar membeli makan malam, namun uang di saku saya ternyata tak sampai sepuluh ribu, kebetulan saat itu berjarak 3-4 hari jelang gajian. Seketika saya mencari dompet untuk mengambil kartu ATM saya, saat itu saya cukup terkejut mendapati ada uang lebih dari dua ratus ribu dalam dompet saya. Sayapun langsung ingat ibu saya yang sedari sebelum berangkat memegang uang itu, namun karena saya selalu menolak ketika dikasih uang oleh ibu – lebih karena malu sudah bekerja namun dikasih uang dari seseorang yang tak lagi bekerja.

Ternyata usut punya usut, uang itu merupakan hasil penjualan mangga depan rumah saya, saya ingat sekali ibu saya bercerita dengan bahagianya menjual  4 pohon mangga dengan total 600 ribu rupiah. Bagi sebagian orang mungkin itu hal yang biasa. Namun bagi saya – terlepas ibu atau bukan yang memberi uang tersebut – memberikan  hampir separuh hasil bumi yang hanya satu tahun sekali panen kepada orang yang tak pernah meminta bagian itu luar biasa. Pesan singkat yang menambah haru malam itu dari ibu adalah: Lik, ibu naruh uang di dompet kamu, sekiranya tak usah ke ATM sampai hari gajian nanti, ibu cuma ingin berbagi bahagia ibu ketika dapet rezeki.

Parent are the future ‘ghost’ of their children” – Cooper, Interstellar.

Beberapa minggu yang lalu saya mendapat wejangan yang amat sentimentil dari area manager saya mengenai waktu dan relativitas. Beliau bercerita hal yang paling berharga saat ini bisa jadi adalah waktu. Beliau pun bercerita mengenai awal karirnya dulu beliau bekerja tidak sekeras sekarang dan dengan gaji yang bisa jadi lebih besar jika dilihat dari term off trade nya. Sekarang kita bekerja lebih keras, dari jam 7 pagi sampai kadang jam 7 malam bahkan lebih, namun mendapat imbalan/gaji yang (bisa jadi) lebih sedikit. Jangan-jangan kita mengalami penurunan kualitas hidup. Apa yang membuat kita melakukan hal seperti ini?

Pada akhirnya kita akan sadar bahwa waktu telah begitu dahsyat merubah way of life dan way of thinking kita.

We’ve always defined ourselves by ability to overcome the impossible, and we count these moments. The moments when we dare to aim higher, to break barriers, to reach for the star, to make unknown known. We count these moments as our proundest achievement. But we lost all that. Our perhaps we’ve just forgotten that we are still pioneers. And we’ve barely begun. And our greatest accomplishments cannot be behind of us, because our destiny lies above us” – Cooper, Interstellar, 2014.

Tapi sejujurnya meski dipenuhi kutipan film, tulisan pendek ini bukan soal film, tapi soal kehadiran orang-orang yang terdekat dan waktu yang akan merubahnya.

Time can be extended and flexes, but obviosly it can’t go back


Selesai.