"It's an honour
United makes two bids, but there have been no talks. I didn't talk with any
club since I joined Barça two years ago. My dream has always been to play at Barça and nothing has changed. I'm
very, very happy here and I never thought about leaving" – Cesc
Fabregas
Seharusnya setelah mendengar
kalimat dari bintang iklan Biskuat itu, perasaan David Moyes hancur seperti
saat dirinya masih muda dan mencoba melamar gadis impianya namun gadis itu
menolaknya. Tentunya Fabregas bukanlah seorang gadis yang hanya ingin menguji
seberapa jauh usaha, perjuangan dari laki-lakinya dalam menggapai dirinya. Kecil
pula kemungkinan Fabregas akan merasa kasihan pada Moyes setelah beberapakali
tawaran dan menyetujui untuk menjalin hubungan bersama. Ini bukan cerita romantisme
percintaan cinta Abelard dan Heloise, namun bagi saya ini bak kisah mitologi
Yunani antara dewa musik Apollo dengan Dafne adalah putri dari dewa sungai
Peneus.
Jawaban dari bidikan utama Moyes
di bursa transfer perdananya bersama Manchester United itu sangatlah jelas, tak
lagi tersirat. Maka akan terlihat bodoh jika Moyes terus ngotot mendapatkan
tanda tangan mantan kapten Arsenal tersebut. Itu artinya bursa tranfer United
era Moyes hanyalah cerita tentang penolakan. Setelah Kevin Strootman lebih
memilih AS Roma ketimbang United, Thiago Alcantara yang melipir ke sekumpulan alien di Jerman, Bayern Munich. Kini United harus
kembali mengalami penolakan oleh Cesc Fabregas, meski kali ini alasan
penolakanya bukan berpindah ke lain hati, namun Fabregas mendadak menyanyikan lagu Fatin Sidqia, “Maafkan
diriku memilih setia... Walaupun ku tahu cintamu lebih besar darinya... ”
Beberapa hari yang lalu, saya
terjebak pada sebuah perdebatan di jejaring sosial mengenai seberapa perlukah
Fabregas bagi kebutuhan tim saat ini. Topik yang sengaja dilontarkan oleh akun
fanbase (non official) United berbahasa Indonesia dalam memperingati saga
tranfer Cesc Fabregas. Saya tak mau terjebak pada debat antara pihak yang tahu
dan yang tidak, karena hal ini bukan semata persoalan kebutuhan dalam tim. Lebih
jauh lagi, prosesi bursa tranfer bagi tim-tim besar (atau yang berambisi jadi
besar) juga bermakna sebagai kebutuhan flagship,
pencitraan, atau sekedar pengukuran seberapa mampu sebuah tim merekrut
pemain.
Masih ingatkah dengan aktivitas
transfer Real Madrid pada era Los Galacticos jilid 1? Jika alasan kebutuhan dan
kekuatan tim, seharusnya Real Madrid tak harus membelanjakan banyak kas-nya
hanya untuk mempertemukan Zenedine Zidan, Ronaldo, Luis Figo, dan David Beckham
dalam satu hamparan rumput yang sama. Bahkan yang terbaru bisa tanyakan pada Sandro
Rosell, kenapa dirinya ngotot mendatangkan Neymar dari Santos, atau jika
menjadi kenyataan, tanyakan urgensi Real Madrid mendatangkan Garreth Bale, saat
mereka masih memiliki C. Ronaldo, Mesut Ozil, dan Angel Di Maria. Benarkah kebutuhan
tim?
Bagi saya ini semacam early warning system bagi seluruh
keluarga besar Manchester United. Saya sebut demikian karena serangkaian
kegagalan di bursa transfer kali ini sejalan dengan pencapaian tim pada tur pra-musim. Meski hanya bertajuk pemanasan, rapor 2 kali kemenangan, 2 kali seri,
dan 2 kali menelan kekalahan, bukanlah hasil yang melegakan. Jika Moyes masih
berdalih skuad yang ia turunkan belumlah yang utama, para pemain belum mencapai
level kebugaran yang optimal, sang lawan juga demikian, lawan united di laga
pramusim kali ini jika mau tega bisa dibilang beberapa level dibawah united, bahkan
ada tim yang baru dibentuk beberapa minggu khusus untuk menghadapi United. Terlalu
kejam jika ini semua ditumpahkan kepada pelatih anyar David Moyes, karena ini
bukan keraguan terhadap kapasitas dirinya, namun lebih besar lagi keraguan pada
Manchester United
Dua hari lagi Manchester United akan
menghadapi Wigan di Community Shield, kemudian tujuh hari berselang dari laga
versus Wigan itu genderang perang Liga Inggris pun di mulai. Artinya tak banyak
waktu lagi untuk berbenah dan berburu pemain ― meski masa transfer window
masih dibuka sampai September mendatang. Kemungkinan besar laga di Community Shield
dua hari lagi ini menjadi penentu harapan para fans untuk musim mendatang,
optimisme atau pesimisme bisa direvisi saat laga itu.
Saya tak menyarankan Fans United
untuk ragu pada tim kesayanganya. Saya hanya ingin para fans merevisi harapanya
pada musim mendatang. Karena layaknya di kehidupan nyata, kebanyakan orang
jatuh karena tak pandai mengelola harapannya. Percaya diri itu penting, tapi
sadar (akan kekuatan) diri sendiri lebih penting.
Rasa-rasanya saya mesti bersyukur
tak banyak pertandingan Liga Inggris yang disiarkan televisi non-berbayar,
karena saya dan pendukung United lainya tak akan sering di ejek oleh para awam
sepakbola kala musim 2013/14 bergulir nanti.
Sir Alex pun berujar: Piye Kabare, Enak Jamanku Toh?
1 komentar:
Kita tunggu saja kejutan bursa transfer tahun ini.
Siapakah pemain bintang yang tiba2 merumput di old trafford.
Post a Comment