ENERGY ECONOMICS

"Dan mengenai minyak ini, terserah pada diri kita sendiri apakah mau barter, mau refining sendiri atau mau dijual sendiri. Atau kita minta tolong kepada patner untuk menjualkanya, unuk kita" - Ibnu Sutowo, Mantan Dirut Pertamina

PHOTOGRAPHY

"There is only you and your camera. The limitations in your photography are in yourself, for what we see is what we are" - Ernst Haas

TRAVELLING

"Most days of the year are unremarkable. They begin, and they end, with no lasting memories made in between. Most days have no impact on the course of a life " - 500 days of summer

FOOTBALL

"The game of life is a lot like football. You have to tackle your problems, block your fears, and score your points when you get the opportunity" - Lewis Grizzard

ECONOMICS

"Banyak intelektual menganggap bahwa merupakan suatu kejahatan tingkat tinggi, apabila seorang ilmuan menulis terlalu indah bagaikan seniman" - Paul Samuelson

26 September 2013

September 2013: Momentum Awal Lari Marathon

“Anak muda jangan hanya menyiapkan diri untuk lari Sprint, tapi harus siap untuk lari Marathon” – Bima Arya

Begitulah kira-kira tulisan yang ada pada back cover semacam buku biografi dari seorang pemuda yang kini telah menjadi bupati Bogor. Saya tak terlalu penasaran untuk membuka segel buku tersebut, oleh karenanya saya hanya melihat back cover dari biografi tersebut dan langsung tertarik dengan kutipan tersebut.

Kutipan tersebut selaras dengan yang saya lakukan tadi sore di kampus tercinta – yang sebentar lagi akan saya tinggalkan ini. Sore tadi saya memilih menghabiskan waktu untuk menguji ketahanan fisik saya dengan berlari non-stop mengelilingi sebagian kampus yang memang biasa digunakan oleh muda-mudi untuk berlari atau sekedar jalan-jalan sore. Ditempat itu banyak sekali terlihat yang menggunakan segala tenaganya untuk berlari sekencang mungkin, lalu satu putaran berikutnya mereka hanya bisa berjalan untuk mengembalikan energinya, lalu putaran berikutnya mereka berlari kembali. Sore tadi saya tak tertarik untuk melakukan hal serupa. Saya memilih menggunakan energi saya dengan bijak, its means saya tidak berambisi untuk beradu lari dengan mereka, namun saya hanya melakukan lari-lari kecil dengan kecepatan konstan, tanpa henti, sembari mengukur seberapa kuat tenaga bijak yang telah saya miliki dalam tubuh saya.

Frasa sprint dalam kutipan diatas mengacu pada memaksakan fisik untuk melesat secepat mungkin dalam jangka pendek. Poin penting didalamnya adalah kecepatan dan jangka pendek. Dalam lari Sprint tidak ada istilah menyimpan tenaga, yang ada memaksakan tenaga utuk melesat dengan kecepatan maksimal. Konteks sprint juga hanya diasosiasikan dengan jangka pendek, karena jarak lari sprint yang diperlombakan juga tak pernah lebih jauh 400 meter, jika lebih dari itu semua akan mati atau kalau meminjam kata ekonom paling terkenal se-kolong jagad, John Meynard Keynes: In the long run we are all dead.

Sedangkan frasa Marathon dalam kutipan diatas mengacu pada perlombaan lari jarak jauh, untuk menjadi yang tercepat sampai pada suatu lokasi. Nama marathon berasal dari legenda Pheidippides, seorang prajurit Yunani, yang dikirim dari kota Marathon, Yunani ke Athena untuk mengumumkan bahwa bangsa Persia telah dikalahkan pada Pertempuran Marathon. Marathon tidak meninggalkan hakekatnya sebagai perlombaan adu cepat, namun penekanan selanjutnya ada pada jangka panjang dan ketahanan tubuh. Tanpa daya tahan mustahil bisa memenangi lari Marathon, dan bisa saja berujung seperti pada kisah prajurit marathon Yunani tersebut dimana ia berlari tanpa berhenti tapi meninggal begitu berhasil menyampaikan pesannya tersebut.

Lalu apa urusanya lomba lari dengan saya?

Pada bulan September ini semua tenaga yang telah saya curahkan dan investasikan selama 4 tahun ini menuai hasil. Saya berhasil mendapatkan dua buah pencapaian yang bisa jadi sangat signifikan dalam hidup saya. Pada bulan ini saya berhasil menyelesaikan studi saya tepat pada hari ulang tahun saya 20 September lalu. Sungguh pencapaian yang luar biasa bagi saya mengingat menjadi mahasiswa Gadjah Mada adalah sesuatu yang membanggakan, namun menjadi alumni Gadjah Mada adalah kehormatan. Jika seorang Anies Baswedan berujar “Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai” maka di tangan saya kalimat itu sedikit mengalami gubahan menjadi “Kuliah yang baik adalah kuliah yang selesai” ya saya bisa berkata demikian sombongnya karena saya telah merasakan kesombongan serupa dari orang lain. Kuliah bukan perkara seberapa tinggi indeks prestasi, atau seberapa banyak pengalaman organisasi, tapi kuliah yang baik cukup dituntaskan dengan kata kelulusan.

Belum hilang efek kesenangan saya pada tanggal 20 September lalu, empat hari berselang saya mendapati kabar bahwa saya lolos seleksi masuk pekerjaaan pada sebuah Bank BUMN dengan asset terbesar di negeri ini yang proses panjangnya saya ikuti sejak sebulan silam. Sungguh rezeki yang tak terduga-duga di bulan bahagia ini, karena saya tak perlu menunggu prosesi wisuda kemudian mencari-cari pekerjaan, namun sudah dihamparkan jalan rezeki jauh sebelum saya wisuda bulan November nanti. Keduanya berkombinansi menjadi hadiah ulang tahun saya yang menyenangkan. Sungguh Tuhan mempunyai rencana-rencana yang dahsyat bagi hambanya yang mempercayaiNya.

Oleh karena anugerah-anugerah tersebut, saya jadikan bulan ini tak hanya menjadi September Ceria, tapi juga menjadi momentum awal Marathon kehidupan saya. Saya sebut awal karena kelulusan bukan sebuah akhir bagi perjalanan seorang pemuda, tapi awal baginya untuk mengarungi kehidupan yang sebenarnya. Marathon, karena ini perjalanan jangka panjang, saya harus mengatur energi dengan bijak agar tak kehabisan ditengah jalan.

Beberapa orang diluar sana, terutama orang-orang ambisius, telah sibuk menciptakan semacam tag-line untuk menyadarkan anak-anak muda bahwa sukses secepat mungkin adalah sebuah tujuan hidup. Fenomena pengusaha muda, kaya di umur 30 tahun, Young on Top, Nikah Muda dan kata-kata tendensius yang lain. Menggantinya dengan pengusaha seumur hidup, kaya di umur berapapun, Everlasting on Top, Nikah di saat yang tepat (untuk bagian ini saya agak susah menggantinya karena nikah muda itu konon asik) bagi saya lebih bijak ketimbang memaksa orang lain untuk menghabiskan energinya di awal untuk mendapat pencapaian secepat mungkin. Saya tak mengatakan mereka salah, tapi saya mengatakan tak tertarik untuk mengikuti jalan hidup mereka. Kalo kata bio twitter teman saya bunyinya kira-kira begini: It does not matter how slow you go so long as you do not stop.

“Rezeki itu bertebaran dimuka bumi bagi orang yang kompetitif” ― Denny Puspa Purbasari

Bagaimanapun anak muda adalah seorang yang ambisius namun tak pandai mengatur nafas. Semoga keyakinan yang saya percayai benar ini dapat membawa saya ketempat yang lebih tinggi suatu saat nanti. Namun, jika keyakinan ini salah, semoga Tuhan memberikan pelajaran dan makna dibalik kesalahan saya ini.

Oh iya jika ditanyakan kepada pasangan suami-istri, perihal pilihan sprint atau marathon, jawabanya mereka saya yakin seperti ini: Marathon lebih asik daripada Sprint.

25 September 2013

Semacam Halaman Persembahan

Untuk Bapak yang meninggalkanku 10 hari sebelum saya diterima di kampus ini,
Untuk Ibu guru spiritual yang senantiasa mendoakan perjuanganku selama 4 tahun ini,
Untuk Kakak, yang menjadi tulang punggung keluarga, sumber penghidupanku kini.

Tiada kata lain yang lebih indah dan patut diucapkan pertama kali, ketika penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini, selain mengucapkan syukur alhamdullilah kehadirat Allah SWT, sang pencipta langit dan bumi, serta yang menghamparkan ilmu pengetahuan tak terhingga didalamnya untuk kita pelajari hakekat dan makna dibalik penciptaan Nya. Berkat rahmat dan hidayah Nya, penulis bisa menyelesaikan satu butir pasir dari miliaran butir pasir ilmu pengetahuan yang ada di hamparan Nya.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Harga Minyak Dunia Terhadap Kinerja Pasar Modal di Indonesia: Analisis Tingkat Industri, Tahun 2001-2013” ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan akademis di jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak yang berandil besar dalam pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini, antara lain:

Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc.Sc., Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM atas dedikasinya dalam mewujudkan fakultas yang menjadi kebanggaan seluruh penghuninya, Ad augusta per augusta.
Prof. Tri Widodo, M.Ec.Dev., Ph.D., Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi FEB UGM, atas kebaikan hati dan kebijaksanaanya mengelola jurusan Ilmu Ekonomi tercinta.

Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc., dosen pembimbing skripsi yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing penulis disela-sela kesibukan beliau sebagai Dirjen Haji Kementrian Agama RI, semoga segala kebaikan yang bapak berikan dibalas Yang Maha Kuasa. Jazakumullah Khairan Katsira.

Prof. Mudrajad Kuncoro, M.Soc.Sc., Ph.D., yang telah membimbing penulis dalam berbagai proyek dan penulisan karya ilmiah, terima kasih atas pelajaran berharganya.

Prof. Samsubar Saleh, M.Soc.Sc., Ph.D., Drs. Dumairy, M.A., Akhmad Akbar Susamto, SE., M.Phil., dosen penguji skripsi atas kebaikan dan kemurahan hatinya.

Dosen-dosen FEB UGM lain atas inspirasi dan ilmu pengetahuan yang diberikan selama 4 tahun ini, sebaik-baik ilmu pengetahuan adalah yang tersampaikan kepada khalayak dan menjadi bermanfaat.

Harris Darmawan, atas bantuan dan perdebatan sengitnya selama ini, Muhammad Hasan Putra, atas bantuan dalam mencari data dalam penulisan skripsi ini, dan Galuh Iqbal SAS atas diskusi format skripsi yang baik dan benar.

Rekan-rekan penulis yang senantiasa mengispirasi: Graha Ganindra Goutama, Dikanaya Tarahita, Adlan Syahmi, Made Wiweka Wijaya, Reinardus Suryandaru, Arham Nurulloh, Azim Amirin, Raditya Nugraha, Zaffira Amalia, Syaiful Arifin.

Segenap warga Ilmu Ekonomi 2009, FEB UGM 2009, BEM FEB UGM, KKN PPM UGM unit 131, Kakak-kakak angkatan, dan adik-adik angkatan yang tak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaanya.

Akhirul kalam, semoga skripsi ini bisa diterima dengan baik di kalangan akademis dan memberi sumbangsih pada ilmu pengetahuan. Tak ada pujian terindah bagi akademisi selain ilmu yang bermanfaat bagi sesamanya. Wallahu a’lam bishowab.



13 September 2013

(Bukan) Kajian Kesombongan

Sesungguhnya dari mata ini keluar kotoran, dari hidung ini keluar kotoran, dari mulut ini keluar kotoran, dari telinga ini keluar kotoran, dan dari seluruh lubang-lubang ditubuh ini keluar kotoran, mana mungkin benda yang senantiasa mengeluarkan kotoran ini layak untuk menyombongkan diri?” ― Khatib Sholat Ied Fitri, satu bulan yang lalu.

Beberapa hari yang lalu saya dituduh telah melakukan sebuah kesombongan yang terencana. Saya dianggap tidak mengakui sebuah proses yang dilakukan orang lain dan melakukan pembenaran atas kesalahan yang telah saya perbuat itu. Benak saya pun berontak, kesombongan saya yang manakah yang saya lupakan?
Berangkat dari sanalah saya mencoba untuk mengadakan sebuah kajian ilmu kesombongan.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah mencari definisi sombong yang ada.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia Sombong diterjemahkan sebagai: Menghargai diri secara berlebihan; congkak; pongah: tabiatnya agak aneh, sebentar - sebentar rendah hati ― saya tak tau maksud frasa yang terakhir ini dalam terjemahan tersebut.

Lebih lanjut dari aspek spiritual-relegius, sombong juga telah dibahas mendalam oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Tarmidzi dan Muslim disebutkan bahwa: Sombong adalah perbuatan melecehkan orang lain dan menolak kebenaran.

Dalam kontek psikologi yang sempat sedikit saya pelajari adalah mekanisme pertahanan ego. Sebuah strategi psikologis yang dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu bangsa untuk berhadapan dengan kenyataan dan mempertahankan citra-diri. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang berperilaku maladaptif sehingga kesehatan fisik dan atau mental orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan mekanisme pertahan ego adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atau untuk menjadi tempat "mengungsi" dari situasi yang tidak sanggup untuk dihadapi.

Saya menduga ada suatu pemahaman yang tertukar antara konsep kesombongan dengan mekanisme pertahanan ego. Proyeksi misalnya, merupakan sebuah mekanisme pertahanan ego yang paling mudah dilihat, yaitu ketika orang memproyeksikan apa yang ada atau dirasakan orang lain kepada dirinya, atau sebaliknya (seperti: Bukan aku kok yang suka, tapi dia yang suka padaku). Saya khawatir orang tertukar menamakan proyeksi sebagai kesombongan, atau kesombongan diterjemahkan sebagai proyeksi.

Bagaimana dengan kesombongan yang tak di sengaja?

Tidak semua orang bisa melihat dan merasakan apa yang telah mereka lakukan dengan sadar. Hanya orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal-lah yang dapat melihat kedalam diri sendiri dengan baik dan melakukan pemaknaan terhadap segala aktivitasnya dengan baik pula. Sedangkan saudara kandung kecerdasan ini, adalah kecerdasan interpersonal, orang yang mempunyai kemampuan memahami dan membedakan suasana hati, kehendak, motivasi dan perasaan orang lain. Mereka tak selalu melakukan semuanya dengan benar namun dapat melihat orang lain melakukanya dengan benar. Contoh orang yang memiliki kedua kecerdasan ini adalah orang yang sering mengucapkan kalimat kutip-able, mereka tau apa yang ada didalam dirinya dan mereka sadar apa yang terjadi pada orang lain. Tanyakan bab perihal kesombongan pada mereka pasti mereka akan menjawabnya dengan mudah.

Banyak orang memvonis orang lain sombong, padahal dirinya juga bisa dinilai orang lain sebagai orang sombong. Bahkan banyak orang tidak tahu bahwa, orang yang merasa dirinya tidak sombong justru orang yang sombong. Pada saat saya berhenti mengetik kalimat ini bisa jadi saya telah mengucapkan sebuah kesombongan.

Pada akhirnya saya selalu takut pada kesombongan, saking takutnya, saya dapat mengingat raut wajah khatib yang berkhotbah sebagaimana tertulis di awal tulisan ini. Bak pisau bermata dua, kesombongan bisa menjadi pertahanan diri sekaligus penyandera realitas. Saya selalu takut kesombongan akan merubah jalan hidup, bukankah kita sering mengalami kejadian yang seharusnya tak terjadi namun terjadi karena kita sombong. Saya tak meneruskan bahasan ini karena takut Vicky mengutuk saya karena telah mempertakut khalayak.

"Mending sombong terang-terangan, dosanya tunggal. daripada nge-low profile tapi hatinya sombong. Dosanya ganda, dosa sombong dan dosa munafik" - Soejiwotedjo

Semoga Tuhan mengampuni kesombongan-kesombongan yang tak (sempat) terucap. Termasuk tulisan saya pagi ini.