“Pertumbuhan organik adalah tingkat ekspansi bisnis melalui
peningkatan output dan penjualan.” -Peter F Drucker
Sejujurnya saya lebih tertarik
dengan ‘temuan’ Peter F Drucker mengenai knowledge worker daripada
kutipan diatas, namun untuk kepentingan kesesuaian dengan judul tulisan saya memutuskan
untuk menaruhnya di awal dan untuk kepentingan kesamaan saya juga akan sedikit
menjelaskan tentang knowledge worker.
Dalam bukunya yang berjudul Landmark
of Tomorrow yang terbit ditahun yang sama dengan terbitnya Dekrit Presiden
Soeharto itu (1959), bapak manajemen modern tersebut menjelaskan panjang lebar
mengenai istilah pekerja intelektual, namun secara singkat knowledge worker adalah seseorang yang
dipekerjakan berdasarkan pengetahuannya tentang subyek tertentu, bukan
berdasarkan keterampilannya membuat atau mengerjakan sesuatu. Sebagai seorang
pekerja yang tak terlalu hebat soal pekerjaan teknis dan tak terampil
administrasi, saya merasa telah ditunjukkan sebutan yang tepat untuk pekerja
seperti saya ini, terimakasih Ducker!
Kembali ke benang merah.
Seperti kita ketahui setiap awal
tahun bank-bank besar selalu mengadakan pertemuan yang dinanti untuk disimak
hasilnya oleh para pemangku kepentingan dan pengamat perbankan. Adapun pertemuan
awal tahun (sebut saja Rapat Umum Pemegang Saham) memiliki setidaknya dua
agenda penting yaitu paparan pencapaian keuangan dan Rencana Bisnis Bank (RBB),
keduanya menarik, tapi bagi knowledge worker yang menyukai strategi seperti
saya ini, saya lebih tertarik pada point yang kedua. Rencana Bisnis Bank
menarik karena mengajak kita untuk menerka-nerka apa yang akan terjadi di
perusahaan ini dimasa mendatang.
Pada pertemuan yang membahas
mengenai Rencana Bisnis Bank, biasanya ada dua strategi besar yang paling mudah
digunakan oleh praktisi ataupun pengamat untuk menggambarkan pola bisnis yang
akan dilakukan pada masa mendatang, yaitu pertumbuhan organik dan anorganik.
Metode pertumbuhan organik adalah pertumbuhan dari dalam atau
pertumbuhan yang mengharuskan perusahaan
untuk memaksimalkan sumber daya internal mereka. Dalam kata lain merupakan strategi
pertumbuhan perusahaan yang menggunakan pendanaan dari dalam, berasal dari
akumulasi laba yang ditahan ditambah dengan hutang.
Sedangkan pertumbuhan anorganik merupakan strategi
yang mengandalkan pertumbuhan dari luar perusahaan, atau strategi perseroan
untuk mempercepat pertumbuhan dan memperkuat jaringan sebagai konglomerasi
lembaga keuangan.
Terkadang ketika saya tak
fasih menjelaskan definisi, maka saya akan langsung saja menuju contoh.
Di negeri yang kita
cintai ini ada 2 BUMN besar yang merupakan perwakilan sempurna untuk pembedaan
dua strategi bisnis bank tersebut, yaitu Bank Rakyat Indonesia yang bangga
dengan pertumbuhan organiknya dan Bank Mandiri bank-yang-sejak-dulu-kala-percaya-diri-dengan-pertumbuhan-anorganik.
Mari kita simak pendapat
dari masing masing kubu mengenai strategi perseroannya.
"Kita akan
meningkatkan bisnis secara anorganik dalam tiga tahun ke depan, Sehingga dapat
menjaga performa bisnis perseroan secara keseluruhan. Pertumbuhan anorganik
merupakan strategi perseroan untuk mempercepat pertumbuhan dan memperkuat
jaringan sebagai sebuah lembaga keuangan terbesar" – Pahala N Mansury,
Direktur Keuangan Bank Mandiri.
“Fokus kami
mengembangkan pertumbuhan organik dalam arti kata memperluas dan menjangkau
pasar yang belum tersentuh. Kami tetap concern ke pertumbuhan organik, jangan
sampai kita mengembangkan bisnis anorganik tapi lalai untuk memperbesar fokus
bank. Jadi kami sangat fokus kembangkan BRI dari dalam dulu.” Sofyan
Basir, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia.
Jelas tergambar keduanya bersebrangan, bahkan ada yang menyindir
strategi yang lain. Bank Mandiri terlahir dari proses mager sendari dulu sering memberikan porsi pertumbuhan
anorganik lebih besar. Bahkan dalam Rencana Bisnis Bank Mandiri tahun ini telah
menyiapkan dana kurang lebih 10 Triliun (lebih dari setengah dari laba BMRI
tahun ini) guna menopang pertumbuhan anorganik, dengan rincian 3 triliun untuk
menggenjot permodalan anak perusahaan yang telah ada, dan 7 triliun untuk
mengakuisisi anak perusahaan yang lebih besar dari anak perusahaan yang telah ada (anak perusahaan Bank Mandiri: Bank Mandiri Syariah, Mandiri Sekuritas, Mandiri Tunas Finance, Bank Sinar Harapan Bali, AXA General Insurance, AXA financial Service, Bank Mandiri Europe Lmtd, Bank Mandiri International Remittance, dan yang terbaru InHealth insurance).
Bagaimana dengan rencana bisnis bank BRI? Beberapa hari yang
lalu bank jagoan kredit mikro itu mengumumkan telah membeli satelit seharga 2,5 triliun, mereka mengklaim
itu adalah satelit perbankan pertama di dunia. Hanya untuk menghubungkan sistem
dan jaringan ATM dan Cabang diseluruh Indonesia, BRI berani untuk berinvestasi
sebesar itu. Mereka tidak terlalu tertarik untuk ‘belanja’ perusahaan lain,
untuk menopang pertumbuhan bisnisnya, mereka fokus membenahi bank dari dalam. Luar
biasa sekali.
Lalu lebih baik mana organik atau anorganik?
Jika saya ditanya seperti itu, sebagai penggila bola saya
akan dengan mudah mengasosiasikan pertanyaan itu menjadi pertanyaan yang paling familier didunia Sepakbola: Lebih baik sepakbola menyerang atau bertahan? Maka jika
pertanyaan itu yang mengemuka, jawabanya adalah faktor ‘Selera’ atau ‘Karakter’.
Seorang pemuja sepakbola bertahan pasti kekeuh dengan falsafah “bertahan adalalah
penyerangan terbaik”, sebaliknya pemuja Kick
And Rush atau Total Football
pasti menolak dengan lantang falsafah tersebut, “ bertahan itu membosankan”.
Bagi saya, pertumbuhan organik itu sama halnya dengan
sepakbola bertahan, pertumbuhan yang sedikit resiko, lebih ekonomis, namun konservatif.
Sedangkan pertumbuhan anorganik itu manifestasi sepakbola menyerang yang rentan
dengan resiko, menghabiskan banyak tenaga, namun seringkali penuh tepuk tangan.
Jadi sekali lagi tidak ada yang lebih baik, ini perkara ‘selera’ dan ’Karakter’.
Tapi sejujurnya saya lebih suka sepakbola Inggris daripada
sepakbola Italia.
Selesai
Semacam disclaimer: ini tulisan pertama saya mengenai
perbankan, tulisan pertama saya ketika telah resmi menjadi bankir (semoga bisa
disebut demikian karena saya telah mengantongi sertifikasi bankir level satu), tulisan
pertama saya sejak resmi meninggalkan bangku perkuliahan. Jadi bilamana banyak pemahaman
yang sekiranya keliru, analogi yang berlebihan, atau bahasan yang tak fokus
harap dimaklumi saja.
Sepertinya saya hanya sibuk
mencari pembenaran. Alangkah mulianya jika anda tak membaca paragraf sebelum
ini.
Selamat Hari Buruh Internasional,
semoga kelak ada Hari Kelas Menengah Internasional. Heuheu