ENERGY ECONOMICS

"Dan mengenai minyak ini, terserah pada diri kita sendiri apakah mau barter, mau refining sendiri atau mau dijual sendiri. Atau kita minta tolong kepada patner untuk menjualkanya, unuk kita" - Ibnu Sutowo, Mantan Dirut Pertamina

PHOTOGRAPHY

"There is only you and your camera. The limitations in your photography are in yourself, for what we see is what we are" - Ernst Haas

TRAVELLING

"Most days of the year are unremarkable. They begin, and they end, with no lasting memories made in between. Most days have no impact on the course of a life " - 500 days of summer

FOOTBALL

"The game of life is a lot like football. You have to tackle your problems, block your fears, and score your points when you get the opportunity" - Lewis Grizzard

ECONOMICS

"Banyak intelektual menganggap bahwa merupakan suatu kejahatan tingkat tinggi, apabila seorang ilmuan menulis terlalu indah bagaikan seniman" - Paul Samuelson

15 July 2013

Liga Inggris 2013/14: Antara Harapan dan Prediksi




"Jose kembali dan itu menarik. Tapi, saya masih berpikir bahwa United akan menjuarai liga. Saya fan Manchester United!" - David Beckham

Pagi buta ini seharusnya saya menyelesaikan revisi akhir skripsi yang saya janjikan sejak minggu lalu, namun sampai saat ini saya lebih memilih menulis tulisan tak berguna ini, hanya sekedar obat anti kantuk menjelang sahur dan pelampiasan rindu saya pada olahraga ini saya sudah dua minggu lebih tak merasakan berada di tengah lapangan futsal dan ini menyakitkan bagi saya. Ini cuma intro, jangan dibaca, tulisan sebenarnya ada setelah kalimat ini selesai, saya ulangi lagi: jangan dibaca.

Bagi para penikmat bola, terlebih para analis dan jurnalis, akan terlihat hebat jika anda bisa memprediksi pertandingan dengan tepat jauh sebelum pertandingan itu dimulai. Jadi hal-hal berbau prediksi, bursa taruhan, dan tebak-tebakan yang lain menjadi hal yang lumprah bahkan belakangan menjadi parameter kedalaman seseorang atas sepakbola. Meski sebenarnya kita sama-sama tau sebuah prediksi hanyalah sebuah roll of the dice, sebuah keberuntungan semata, menerka-nerka apa yang akan terjadi di masa depan adalah pekerjaan yang menyenangkan terlebih bagi saya yang gemar memainkan Fantasy Premiere League. Saya juga senang menerka-nerka siapa yang akan jadi jodoh saya kelak.

Oleh karena itu saya kali ini saya tertarik untuk mencoba menulis apa yang akan terjadi pada liga Inggris yang sebenarnya baru akan dimulai Agustus mendatang. Saya tak tertarik untuk menulisnya dengan frontal di bagian judul: “Prediksi Liga Inggris musim 2013/14”. Karena kemungkinan saya akan disebut kurang kerjaan dan mengada-ada akan sangat tinggi mengingat masih ada 31 hari lagi sebelum liga dimulai dan 301 hari lagi sebelum liga benar-benar berakhir, meskipun sebenarnya ini merupakan pekerjaan yang aman, karena ketika musim 2013/14 berakhir nanti, besar kemungkinan mereka yang menyebut saya mengada-ada sudah lupa dengan tulisan saya ini. Saya pun bisa jadi seperti mereka.

Bicara mengenai prediksi, banyak dari kita masih mencampur-adukkan dengan harapan. Terlebih jika dalam prediksi kita memuat harapan-harapan. Seperti kutipan dari aristrokrat sepak bola di awal tulisan ini adalah harapan. Terlepas berbagai faktor keberuntungan dan lain-lain, Beckham sebagai pesepakbola sadar betul kekuatan dan kelemahan Manchester United sekarang, maka dalam hal ini terlihat dirinya seakan menutupi fakta yang ada dengan optimisme sebuah harapan. Oh iya, saya belum sampaikan bahwa harapan itu selalu positif, sedangkan prediksi bisa positif maupun negatif. 

Baiklah mungkin lebih baik saya langsung memulainya saja. Saya kali ini akan mencoba memprediksi kelasemen akhir Premiere League 2013/14. Paragraf-paragraf setelah ini merupakan urutan peringkat masing-masing klub dimulai dari peringkat lima, saya ulangi: dari peringkat lima.

Liverpool, tim yang memiliki semboyan the next year is our year ini sepertinya akan bernasib lebih baik musim mendatang. Bukan karena semboyan tersebut kerap dilontarkan musim lalu, namun lebih karena kematangan tim. Steven Gerrard, satu-satunya pemain idola saya di klub ini, nampaknya tidak akan sudi jika harus mengucapkan lagi semboyan tersebut musim depan. Saya bahkan melihat tim ini bisa kembali menjadi big four musim mendatang, namun untuk menerobos tiga besar sepertinya masih sulit, sesulit memasukan pesil ke dalam botol dalam acara tujuh-belasan.

Manchester City, tim yang menjadi penantang juara serius sejak tiga tahun yang lalu ini, sepertinya akanmengalami restart. Dengan bergantinya manajer tim dari Mancini menjadi Pellegrini, membuat tim ini tak hanya berganti rasa dari rasa Italia menjadi rasa Spanyol, namun juga terjadi perubahan skema permainan. Perubahan inilah yang menurut hemat saya akan melemah, terlebih sang pelatih harus belajar banyak mengenai sepakbola Inggris, bahkan harus rela kalah 2-0 dengan klub antah berantah asal Afrika Selatan di laga perdananya bersama tim bergelimang uang ini. Entah kenapa saya susah memasukan tim biru muda ini ke 3 besar, jika saya tak segan sama sahabat khayalan saya Sheikh Mansoer pasti saya sudah menempatkan Liverpool di posisi ini.

Manchester United, sebenarnya saya mau meletakkan united diluar tiga besar, namun karena beberpa alasan saya urung melakukanya. Pertama, tim ini tak pernah keluar dari tiga besar sejak digulirkan format Premiere League di tahun 1992. Kedua, tim ini adalah juara bertahan, tak etis melemparkan jauh-jauh juara bertahan dari daftar penantang juara tahun ini. Ketiga, karena tim ini jagoan saya ― saya akan menulis panjang-lebar tentang tim ini di tulisan terpisah. Manutd musim depan bagi saya seperti acara realiti show “Tukar Nasib” yang mempertontonkan orang kaya merasakan kehidupan orang miskin dan sebaliknya orang miskin merasakan kehidupan orang kaya. Nah, David Moyes sebagai pelatih anyar Manutd berperan sebagai orang miskin yang dikasih kesempatan menghuni rumah si kaya. Sulit membayangkan Moyes langsung bisa menjalankan perannya sebagai orang kaya di musim pertamanya, dan ketika melihat debutnya melawan Singha All Star (Thailand) kemaren saya justru khawatir jangan-jangan Manutd dibawanya menjadi tim medioker yang irit belanja pemain seperti yang dilakukanya 11 tahun di Everton.

Arsenal, bukan karena tim ini telah menghempaskan tim nasional kebanggaan saya 7 gol tanpa balas di GBK kemarin, lalu saya mengangkatnya ke tempat yang lebih tinggi daripada juara bertahan sekaligus jagoan saya. Lebih dari itu, sepeninggal Sir Alex Ferguson, kini praktis tak ada yang lebih tau mengenai Premiere League selain Arsene Wenger dan Ryan Giggs. Nama pertama kini menjadi pelatih terlama yang menangani klub di premiere league musim depan, tentu saja predikat ini membuat dirinya malu jika harus kembali disalip oleh rival-rivalnya yang lebih hal ini bisa dilihat kebijakan transfer sang profesor yang lebih atraktif dan berani. Menurut saya, kali ini Wenger hanya perlu memikirkan bagaimana cara men-charge baterai tim nya agar tidak lekas habis di paruh kedua musim, seperti sebelum-sebelumnya.

Sebenarnya sulit bagi saya untuk mengakui musim depan Chelsea akan melenggang mulus, tapi itulah kenyataanya. Ibarat seorang yang sedang berpacaran, Chelsea sekarang ini memutuskan untuk merajut kembali hubungan dengan mantan pacarnya dulu, Jose Mourinho. Sejak memutuskan berpisah ditahun 2007, Chelsea sempat berpacaran 7 kali (Grant, Scolari, Anceloti, Hiddink, Villas Boas, Di Matteo, Banitez) sedangkan Mourinho sempat berpacaran 2 kali dengan Inter milan dan Real Madrid. Namun takdir mempertemukan keduanya kembali, bisa dibayangkan apa yang terjadi jika kisah cinta lama dipertemukan kembali. Ada dua kemungkinan: Pertama, Mourinho berjanji dan mengupayakan hubungan yang lebih baik daripada enam tahun silam. Kedua, Mourinho mengulangi kesalahan yang sama. Namun jika yang terjadi opsi yang kedua, toh kesalahan Mourinho dulu tetap membuahkan trofii Premiere League dua kali bagi Chelsea. Rasa-rasanya Mourinho dengan kekasih lamanya masih tak akan terbendung di musim 2013/14.

Akhirnya saya selesaikan karya ilmiah saya pagi ini di bagian ini saja. Selain lima tim diatas sejujurnya saya masih memikirkan dimana saya musti meletakan Tottenham Hospur dan Everton. Karena memprediksi Liga Inggris musim mendatang tak semudah memprediksi Liga Spanyol yang tinggal melempar koin bergambar Barcelona atau Real Madrid, atau di Jerman musim 2013/14 lebih mudah lagi, tinggal menghitung kancing sembari mengucap Bayern Munchen, Bayern Munchen, Bayern Munchen, Bayern Munchen,,,

Selesai.

Oh iya, ternyata tak tidur semalaman itu membuat kerja otak sedikit terganggu loh. Tulisan ini buktinya.

"Sejarah diawali dengan lelucon dan diakhiri dengan tragedi, atau bisa sebaliknya" - Argo

Foto: Official Ball Premiere League 2013/14

13 July 2013

Soekarno Le Grand Séducteur (Part 2)



Kalau aku pilek, aku ingin dipijatnya, kalau aku lapar aku ingin makan makanan yang dimasaknya sendiri, manakala bajuku koyak aku ingin istriiku sendiri yang menjahitnya, dengan Oetari keadaanya terbalik. Aku yang menjadi orangtuanya dan dia sebagai anak.

Begitulah kekecewaan Soekarno muda terhadap Oetari, istri pertama yang dinikahinya. Lebih jauh beliau menuturkan ketidakbahagiaannya bersama istri pertamanya tersebut ketika menuturkan sementara ia belajar dan sedikit bekerja untuk menghidupi dirinya dan istrinya di Bandung, Oetari sehari-hari lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dengan kawan-kawanya di pekarangan belakang rumah Haji Sanusi tempat mereka berdua menginap di Bandung. Bahkan selama menikah dengan Oetari, Soekarno tak melakukan hubungan badan layaknya suami-istri kebanyakan. Tak berapa lama berselang, Soekarno mengutarakan niatanya untuk berpisah dengan kepada ayah Oetari, Tjokroaminoto mengenai kisahnya dengan Oetari dan akhirnya keduanya berpisah. 

Pertanyaan saya setelah membaca kisah tersebut adalah, kenapa Soekarno memilih mengakhiri dengan Oetari setelah sederetan ketidaknyamanan melanda hubungan mereka? Kenapa beliau tidak mencoba memperbaiki hubungan mereka, entah dengan cara apapun ― saya bukan seorang konsultan asmara dan tak ada pula niatan menghakimi beliau. Bukankah jika menjalin hubungan itu didasarkan oleh keputusan dan keyakinan bersama, maka jika keyakinan itu masih ada seharusnya ada keinginan untuk keluar dari ketidaknyamaan tersebut. Hal yang berbeda jika sedari awal keputusan menjalin hubungan tidak dilakukan oleh dua pihak dan keyakinan Soekarno terhadap Oetari, ataupun sebaliknya, karena pada sebagian literatur sejarah menyebutkan Soekarno menikahi Oetari hanya karena belas kasihan terhadap keluarga Tjokroaminoto.

Setelah berpisah dari Oetari, Soekarno pun lekas menemukan tambatan hatinya, namanya Inggit Garnasih, yang ternyata bukan orang jauh, melainkan ibu kos dari Soekarno saat tinggal di Bandung. Inggit telah menikah dengan Haji Sanusi. Kata dosen saya sebenarnya hanya dua istri Soekarno yang amat di cintainya, dia adalah Inggit dan Hartini. Hingga pencarian saya mengenai alasan kenapa dosen saya berujar seperti itu, kini membuahkan hasil dengan temuan satu paragraf di buku The Love Story of Bung Karno karangan Ipnu Rinto yang membuat saya takjub.

Setelah menikah dengan Soekarno, Inggit memberi segalanya untuk suami. Kepandaianya menjahit pakaian, menjual kutang, bedak, rokok, meramu jamu dan menjadi agen sabun kecil-kecilan terus dimanfaatkan untuk mencari uang untuk dirinya dan Soekarno. Sementara itu keberhasilan Soekarno menamatkan studinya di THS, membuat inggit senang tak terkira. Bagi Inggit, kesuksesan Soekarno meraih gelar insinyur merupakan salah satu bukti keberhasilanya mendampingi Soekarno.

Saya langsung ingat pada kutipan dari seseorang yang sering saya katakan: Membina hubungan itu seperti layaknya berada di atas prahu berdua. Satu mendayung, satunya lagi menentukan arah. Kalian bisa bertukar posisi kapan saja, tapi tidak akan bisa melakukan keduanya sekaligus.

Sedangkan kekaguman saya pada Hartini berhasil saya temukan pada paragraf ini (dari buku yang sama).
Hartini tau betul bahwa Soekarno adalah seorang pria beristri. Hartini pun meminta waktu untuk berpikir ketika dipinang Soekarno. Dalam penantianya tersebut, Hartini semakin yakin bahwa ia benar-benar mencintai Soekarno. Hartini pun tak bisa terlalu lama membohongi perasaanya, hingga akhirnya menerima pinangan Soekarno tapi dengan satu syarat. Hartini berkatakepada Soekarno, “Ibu Fat tetap First lady, saya istri kedua saja. Saya tidak mau ibu Fat diceraikan, karena kami sama-sama wanita.”

Beberapa sahabat Soekarno menyebutkan bahwa Hartini merupakan pasangan terbaik bagi Soekarno. Hal itu bisa dilihat dari sikap dan tata bahasa Hartini yang sangat santun kepada Soekarno, baik sebelum menikah maupun setelah menikah. Hartini selalu tahu unggah-ungguh baik saat bersantai, resmi, atau saat memadu cinta dengan Soekarno.

“Saya cinta pada orangnya, pada Soekarnonya, bukan pada presidennya.. Saya akan perlihatkan kepada masyarakat bahwa saya bisa setia, dan akan mendampingi Soekarno dalam keadaan apapun juga , juga dalam kedudukanya” – Hartini 

Namun kisah cinta Soekarno tak habis di keduanya (Inggit dan Hartini) masih ada the first lady ibu Fatmawati yang resmi menjadi istri presiden pertama Indonesia itu. Setelah Hartini yang setia itu juga masih ada pramugari cantik bernama Kartini Menoppo yang di Peristri Soekarno ditahun 1959. Pun yang terjadi dengan gadis jepang Naoko Nemato yang kelak dikenal dengan nama Ratna Sari Dewi juga dinikahi tiga tahun berselang . Setahun kemudian giliran penari Istana Haryanti yang di peristri Soekarno, namanya Haryanti, yang tiga tahun kemudian akhirnya diceraikan Soekarno dengan alasan sudah tidak cocok ― dengan mudahnya seperti itu. 

Belum berakhir, kisah cinta Soekarno masih berlanjut ke dua gadis barisan muda Bhineka Tunggal Ika, kedua gadis yang beruntung masuk buku sejarah itu adalah Yurike Sanger dan Heldy Fajar. Saya sebut gadis karena saat dinikahi sang proklamator usia kedua gadis itu adalah 18 tahun sedangkan Soekarno berumur sekitar 65 tahun.

Pada akhirnya cinta tak senantiasa berjalan semudah dan seindah seperti dikisahkan, ketika sebagian besar dari kita menganggap pernikahaan adalah hal yang dilakukan sekali seumur hidup ― yang membedakannya dengan masa pacaran. Kemudian merawat kisah itu sepenuh hati karena memang sekali seumur hidup. Namun ada pula sebagian kecil yang lain menganggap hal yang dilakukan Soekarno ini adalah hal yang wajar, meski wajar juga tak selalu berarti benar.

Sebenarnya saya berbohong mengenai sedikitnya tulisan mengenai kisah cinta Bung Karno, sama seperti motivasi saya dalam menulis essai ini. Namun, setidaknya saya kembali tertarik pada sejarah berkat kisah cinta Soekarno ini.

07 July 2013

Soekarno Le Grand Séducteur (Part 1)


“Aku memuji Tuhan karena telah menciptakan mahluk-mahluk yang cantik seperti perempuan ini. Bukanlah suatu dosa atau tidak sopan kalau seseorang mengagumi seseorang perempuan yang cantik, dan aku tidak malu berbuat begitu karena dengan melakukan hal itu pada hakekatnya aku memuji tuhan dan memuji aoa yang telah diciptakan-Nya. Aku hanya seorang pecinta keindahan” ― Presiden Soekarno.

Sudah lama sekali saya ingin menulis mengenai seorang pria yang diagung-agungkan lebih dari 200 juta orang karena kharisma, wibawa dan jiwa kepemimpinan yang besarnya yang dianggap telah mampu merubah nasib bangsa ini. Namanya Soekarno, founding fathers negara ini danggap salah satu pemimpin besar dunia yang pernah dilahirkan. Namun kali ini saya tak akan membahas mengenai kepemimpinan beliau  ― karena anda dapat dengan mudah mencarinya di mesin pencari atau perpustakaan terdekat, saya akan membahas sisi yang lebih manusia dari beliau yaitu seseorang pengagum wanita sekaligus dikagumi wanita.

Sekitar satu setengah tahun yang lalu saya pernah diberi tugas oleh dosen saya untuk mempresentasikan mengenai Ekonomi Pancasila namun dengan menitik beratkan pada kehidupan pribadi Soekarno. Sejak saat itu saya mulai mengagumi Soekarno sebagai sosok hebat dalam dunia percintaan ― meski saya tidak sepenuhnya sepakat dengan jalan cinta beliau. Sebagai orang dewasa yang tumbuh besar di negeri ini, sudah seharusnya kita tau sama tau bahwasanya presiden pertama kita itu punya banyak istri, namun saya pikir tidak semua dari kita tau dari sekian banyak perempuan yang pernah disampingnya siapa yang paling beliau agungkan? Siapa istri beliau yang paling beruntung? Siapa wanita yang paling tulus mencintai dia? Dan masih banyak pertanyaan kisah percintaan beliau yang tak semua dari kita tahu keberadaanya.

Terkadang kita hanya mengandalkan mesin pencari untuk kisah yang ada di permukaan, lalu menemukan nama-nama seperti Oetari, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi, Haryanti, Kartini Menoppo, Yurike Sanger, dan Heldy Djafar pernah menjalin kisah asmara dengan presiden pertama republik ini. Namun, sesungguhnya jika kita mau membaca tulisan-tulisan karya Cindy Adams, Rosihan Anwar, Benrhard Dahm, atau tulisan Wijanarko Aditjondro yang mempunyai judul hampir sama dengan judul blog ini Bung Karno: The Untold Stories, kita tak hanya mendapati sembilan nama istri presiden pertama kita tersebut, kita bisa menemukan nama Rika Meelhuysen, seorang Noni Belanda yang pertama kali di cium oleh Bung Karno pada saat berumur 14 tahun. Sayangnya saya juga tak begitu banyak membaca tulisan-tulisan sejarah diatas, sama seperti anda.

Maaf, saya memutuskan mengahiri tulisan dibagian ini saja. Karena menulis mengenai kisah asmara seharusnya dengan perasaan yang berbinar, sedangkan perasaan saya malam ini tidak dalam kondisi terbaik yang ditandai fokus yang amat mudah berganti.

Biarlah tulisan ini menjadi intro dari tulisan-tulisan sesudahnya ― dimana saya akan menulis mengenai detai kisah cinta tokoh pujaan baru saya ini, dan biarkan pula judul tulisan ini pun terpaksa saya tambah (part 1) sembari saya mencari foto Soekarno dengan sembilan istrinya dalam satu frame foto.
.

06 July 2013

Terjebak Nostalgia: Bukan Judul Lagu

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja...

Judul tulisan ini memang sengaja dibuat berbeda dengan lirik lagu dibawahnya. Bukan karena saya yang masih terpesona dengan suara seseorang wanita yang mengunggah lagu yang dipopulerkan oleh Raisa tersebut ke situs Cloud Coumputing berbasis suara. Namun jika saya boleh ber-alasan, hal ini hanya untuk kepentingan me-match-kan dengan postingan sebelum ini saja.

Sekitar dua tahun yang lalu, saya selalu sedih tiap kali memutuskan untuk kembali ke Jogjakarta dari kota kelahiran saya Pekalongan. Hati saya selalu tak tega melihat ibu saya yang harus pura-pura kuat melepas saya kembali menuntut ilmu di kota pelajar ini. Sangat tergambar jelas raut muka ibu saya yang melambaikan tangan di depan pintu rumah, kemudian berjalan sampai pagar hanya untuk melihat saya sampai menghilang di perempatan. Saya malah terkadang sering menitikkan air mata dalam perjalanan menuju Jogja ketika membayangkan kesepian dan kehampaan ibu saya menghabiskan waktu sendirian sepanjang hari dirumah tua kami. Sesampainya di Jogja pun saya pasti lekas menyibukkan diri sebagai ritual untuk melupakan apa yang dirasakan ibu saya, kesibukan yang membungkus perasaan rasa bersalah terhadap orang tua.

Namun yang terjadi dua hari yang lalu sedikit berbeda. Kali itu saya berjalan mondar-mandir di dalam rumah tua saya, dengan fokus yang berganti-ganti seperti bergantinya pandangan mata saya menyapu beberapa sudut ruangan di rumah saya. Malam itu saya sedang menunggu teman saya yang meminta saya untuk menjadi tour guide dalam lawatanya ke kota Jogja. Rupanya aktivitas mondar-mandir dan mudahnya berganti fokus kala itu adalah manifestasi perasan saya antara perasaan yang saya alami sekitar dua tahun lalu itu dengan perasaan antusias saya kembali ke kota pelajar setelah 5 hari saya berada dirumah. Sebenarnya 5 hari bukanlah waktu yang lama, perasaan rindu yang membuatnya terasa lama.

Malam ini pun seakan menjadi puncak dari cerita panjang ini, katika saya memilih mengabadikan perasan saya ini secepatnya, ketimbang untuk berbaring dan menyimpan tenaga karena besok musti harus kembali ke kota kelahiran saya, Pekalongan lagi. Meski saya belum akan meninggalkan kota ini (menyelesaikan pendidikan sarjana saya dan berpindah ke kota lain) dalam waktu singkat ― saya bahkan belum tau kapan, tapi nampaknya saya membenarkan kata-kata dosen pembimbing skripsi saya saat memberikan wejangan kepada mahasiswanya “Manfaatkan waktu sebaik mungkin saat kalian jadi mahasiswa, kelak ketika kelulusan sudah didepan mata, kalian akan merasakan kegalauan yang amat sangat, karena semuanya akan berubah seketika


Orang-orang yang saya temui dua hari ini pun mendadak menjadi seperti malaikat yang meperlihatkan raut wajah seraya mengingatkanku atas pencapaian selama ini. Bagaimana orang-orang di pelayanan kuliah menggoda saya dengan gurauan-gurauan yang sebenarnya biasa saja tapi entah kenapa terasa begitu akrab.  Para penjual Burjo langganan saya yang tersenyum penuh makna beberapa jam yang lalu, seperti mengingatkanku pada berapa puluh Nasi Ayam, Nasi Telor dan Gorengan yang saya pesan selama kurang lebih  empat tahun ini. Bahkan Masjid Kampus saya berdiri diap tanpa raut ekspresi ataupun berusaha menguraui saya pun jum’at lalu mengingatkan saya pada moment 6 tahun yang lalu ketika saya berdoa agar bisa diberi kesempatan kembali beribadah di masjid ini lagi, yang pada akhirnya saya akan mengenang doa itu sebagai alasan kenapa saya berada di masjid itu.

Ah, semoga saja ini semua hanya karena tanda tangan saya yang menyerupai tiga huruf awal nama saya. Padahal kata seorang ahli pembaca tulisan tangan, tanda tangan yang diawali dengan huruf awal dari nama adalah tanda bahwa orang tersebut selalu meletakkan aktivitas nostalgia di tempat yang tinggi ―sedangkan tanda tangan saya tak hanya menyerupai satu huruf awal nama saya, tetapi tiga huruf awal sekaligus. Mungkin bisa dibayangkan hidup saya yang selalu melompat-lompat dari nostalgia yang satu ke nostalgia yang lain, seakan hidup adalah rangkaian mengoreskan hidup baru dan mengenangnya, begitu seterusnya, berulang-ulang. Saya harus mengganti tanda tangan saya.

Pada akhirnya, malam ini saya sangat mengerti kenapa lirik lagu Kla Project di awal tulisan ini menggunakan kata ‘pulang ke kotamu’ karena setiap orang yang datang ke jogja akan disambut layaknya seseorang yang pulang ke tanah kelahiranya, kota ini menyapa dengan tangan terbuka sembari mengingatkan darimana kita berasal, karena Jogja terbuat dari rindu, angkringan dan keramah-tamahan.


Semoga saya tak berlebihan jika saya mengucapkan: saya mencintai kota ini seperti cinta saya pada kota kelahiran saya.