26 September 2013

September 2013: Momentum Awal Lari Marathon

“Anak muda jangan hanya menyiapkan diri untuk lari Sprint, tapi harus siap untuk lari Marathon” – Bima Arya

Begitulah kira-kira tulisan yang ada pada back cover semacam buku biografi dari seorang pemuda yang kini telah menjadi bupati Bogor. Saya tak terlalu penasaran untuk membuka segel buku tersebut, oleh karenanya saya hanya melihat back cover dari biografi tersebut dan langsung tertarik dengan kutipan tersebut.

Kutipan tersebut selaras dengan yang saya lakukan tadi sore di kampus tercinta – yang sebentar lagi akan saya tinggalkan ini. Sore tadi saya memilih menghabiskan waktu untuk menguji ketahanan fisik saya dengan berlari non-stop mengelilingi sebagian kampus yang memang biasa digunakan oleh muda-mudi untuk berlari atau sekedar jalan-jalan sore. Ditempat itu banyak sekali terlihat yang menggunakan segala tenaganya untuk berlari sekencang mungkin, lalu satu putaran berikutnya mereka hanya bisa berjalan untuk mengembalikan energinya, lalu putaran berikutnya mereka berlari kembali. Sore tadi saya tak tertarik untuk melakukan hal serupa. Saya memilih menggunakan energi saya dengan bijak, its means saya tidak berambisi untuk beradu lari dengan mereka, namun saya hanya melakukan lari-lari kecil dengan kecepatan konstan, tanpa henti, sembari mengukur seberapa kuat tenaga bijak yang telah saya miliki dalam tubuh saya.

Frasa sprint dalam kutipan diatas mengacu pada memaksakan fisik untuk melesat secepat mungkin dalam jangka pendek. Poin penting didalamnya adalah kecepatan dan jangka pendek. Dalam lari Sprint tidak ada istilah menyimpan tenaga, yang ada memaksakan tenaga utuk melesat dengan kecepatan maksimal. Konteks sprint juga hanya diasosiasikan dengan jangka pendek, karena jarak lari sprint yang diperlombakan juga tak pernah lebih jauh 400 meter, jika lebih dari itu semua akan mati atau kalau meminjam kata ekonom paling terkenal se-kolong jagad, John Meynard Keynes: In the long run we are all dead.

Sedangkan frasa Marathon dalam kutipan diatas mengacu pada perlombaan lari jarak jauh, untuk menjadi yang tercepat sampai pada suatu lokasi. Nama marathon berasal dari legenda Pheidippides, seorang prajurit Yunani, yang dikirim dari kota Marathon, Yunani ke Athena untuk mengumumkan bahwa bangsa Persia telah dikalahkan pada Pertempuran Marathon. Marathon tidak meninggalkan hakekatnya sebagai perlombaan adu cepat, namun penekanan selanjutnya ada pada jangka panjang dan ketahanan tubuh. Tanpa daya tahan mustahil bisa memenangi lari Marathon, dan bisa saja berujung seperti pada kisah prajurit marathon Yunani tersebut dimana ia berlari tanpa berhenti tapi meninggal begitu berhasil menyampaikan pesannya tersebut.

Lalu apa urusanya lomba lari dengan saya?

Pada bulan September ini semua tenaga yang telah saya curahkan dan investasikan selama 4 tahun ini menuai hasil. Saya berhasil mendapatkan dua buah pencapaian yang bisa jadi sangat signifikan dalam hidup saya. Pada bulan ini saya berhasil menyelesaikan studi saya tepat pada hari ulang tahun saya 20 September lalu. Sungguh pencapaian yang luar biasa bagi saya mengingat menjadi mahasiswa Gadjah Mada adalah sesuatu yang membanggakan, namun menjadi alumni Gadjah Mada adalah kehormatan. Jika seorang Anies Baswedan berujar “Skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai” maka di tangan saya kalimat itu sedikit mengalami gubahan menjadi “Kuliah yang baik adalah kuliah yang selesai” ya saya bisa berkata demikian sombongnya karena saya telah merasakan kesombongan serupa dari orang lain. Kuliah bukan perkara seberapa tinggi indeks prestasi, atau seberapa banyak pengalaman organisasi, tapi kuliah yang baik cukup dituntaskan dengan kata kelulusan.

Belum hilang efek kesenangan saya pada tanggal 20 September lalu, empat hari berselang saya mendapati kabar bahwa saya lolos seleksi masuk pekerjaaan pada sebuah Bank BUMN dengan asset terbesar di negeri ini yang proses panjangnya saya ikuti sejak sebulan silam. Sungguh rezeki yang tak terduga-duga di bulan bahagia ini, karena saya tak perlu menunggu prosesi wisuda kemudian mencari-cari pekerjaan, namun sudah dihamparkan jalan rezeki jauh sebelum saya wisuda bulan November nanti. Keduanya berkombinansi menjadi hadiah ulang tahun saya yang menyenangkan. Sungguh Tuhan mempunyai rencana-rencana yang dahsyat bagi hambanya yang mempercayaiNya.

Oleh karena anugerah-anugerah tersebut, saya jadikan bulan ini tak hanya menjadi September Ceria, tapi juga menjadi momentum awal Marathon kehidupan saya. Saya sebut awal karena kelulusan bukan sebuah akhir bagi perjalanan seorang pemuda, tapi awal baginya untuk mengarungi kehidupan yang sebenarnya. Marathon, karena ini perjalanan jangka panjang, saya harus mengatur energi dengan bijak agar tak kehabisan ditengah jalan.

Beberapa orang diluar sana, terutama orang-orang ambisius, telah sibuk menciptakan semacam tag-line untuk menyadarkan anak-anak muda bahwa sukses secepat mungkin adalah sebuah tujuan hidup. Fenomena pengusaha muda, kaya di umur 30 tahun, Young on Top, Nikah Muda dan kata-kata tendensius yang lain. Menggantinya dengan pengusaha seumur hidup, kaya di umur berapapun, Everlasting on Top, Nikah di saat yang tepat (untuk bagian ini saya agak susah menggantinya karena nikah muda itu konon asik) bagi saya lebih bijak ketimbang memaksa orang lain untuk menghabiskan energinya di awal untuk mendapat pencapaian secepat mungkin. Saya tak mengatakan mereka salah, tapi saya mengatakan tak tertarik untuk mengikuti jalan hidup mereka. Kalo kata bio twitter teman saya bunyinya kira-kira begini: It does not matter how slow you go so long as you do not stop.

“Rezeki itu bertebaran dimuka bumi bagi orang yang kompetitif” ― Denny Puspa Purbasari

Bagaimanapun anak muda adalah seorang yang ambisius namun tak pandai mengatur nafas. Semoga keyakinan yang saya percayai benar ini dapat membawa saya ketempat yang lebih tinggi suatu saat nanti. Namun, jika keyakinan ini salah, semoga Tuhan memberikan pelajaran dan makna dibalik kesalahan saya ini.

Oh iya jika ditanyakan kepada pasangan suami-istri, perihal pilihan sprint atau marathon, jawabanya mereka saya yakin seperti ini: Marathon lebih asik daripada Sprint.

0 komentar:

Post a Comment