01 May 2014

Dikotomi Pertumbuhan Bisnis Bank: Organik dan Non Organik?

“Pertumbuhan organik adalah tingkat ekspansi bisnis melalui peningkatan output dan penjualan.” -Peter F Drucker

Sejujurnya saya lebih tertarik dengan ‘temuan’ Peter F Drucker mengenai knowledge worker daripada kutipan diatas, namun untuk kepentingan kesesuaian dengan judul tulisan saya memutuskan untuk menaruhnya di awal dan untuk kepentingan kesamaan saya juga akan sedikit menjelaskan tentang knowledge worker.

Dalam bukunya yang berjudul Landmark of Tomorrow yang terbit ditahun yang sama dengan terbitnya Dekrit Presiden Soeharto itu (1959), bapak manajemen modern tersebut menjelaskan panjang lebar mengenai istilah pekerja intelektual, namun secara singkat knowledge worker adalah seseorang yang dipekerjakan berdasarkan pengetahuannya tentang subyek tertentu, bukan berdasarkan keterampilannya membuat atau mengerjakan sesuatu. Sebagai seorang pekerja yang tak terlalu hebat soal pekerjaan teknis dan tak terampil administrasi, saya merasa telah ditunjukkan sebutan yang tepat untuk pekerja seperti saya ini, terimakasih Ducker!

Kembali ke benang merah.

Seperti kita ketahui setiap awal tahun bank-bank besar selalu mengadakan pertemuan yang dinanti untuk disimak hasilnya oleh para pemangku kepentingan dan pengamat perbankan. Adapun pertemuan awal tahun (sebut saja Rapat Umum Pemegang Saham) memiliki setidaknya dua agenda penting yaitu paparan pencapaian keuangan dan Rencana Bisnis Bank (RBB), keduanya menarik, tapi bagi knowledge worker yang menyukai strategi seperti saya ini, saya lebih tertarik pada point yang kedua. Rencana Bisnis Bank menarik karena mengajak kita untuk menerka-nerka apa yang akan terjadi di perusahaan ini dimasa mendatang.

Pada pertemuan yang membahas mengenai Rencana Bisnis Bank, biasanya ada dua strategi besar yang paling mudah digunakan oleh praktisi ataupun pengamat untuk menggambarkan pola bisnis yang akan dilakukan pada masa mendatang, yaitu pertumbuhan organik dan anorganik.

Metode pertumbuhan organik adalah pertumbuhan dari dalam atau pertumbuhan yang  mengharuskan perusahaan untuk memaksimalkan sumber daya internal mereka. Dalam kata lain merupakan strategi pertumbuhan perusahaan yang menggunakan pendanaan dari dalam, berasal dari akumulasi laba yang ditahan ditambah dengan hutang.

Sedangkan pertumbuhan anorganik merupakan strategi yang mengandalkan pertumbuhan dari luar perusahaan, atau strategi perseroan untuk mempercepat pertumbuhan dan memperkuat jaringan sebagai konglomerasi lembaga keuangan.

Terkadang ketika saya tak fasih menjelaskan definisi, maka saya akan langsung saja menuju contoh.

Di negeri yang kita cintai ini ada 2 BUMN besar yang merupakan perwakilan sempurna untuk pembedaan dua strategi bisnis bank tersebut, yaitu Bank Rakyat Indonesia yang bangga dengan pertumbuhan organiknya dan Bank Mandiri bank-yang-sejak-dulu-kala-percaya-diri-dengan-pertumbuhan-anorganik.

Mari kita simak pendapat dari masing masing kubu mengenai strategi perseroannya.

"Kita akan meningkatkan bisnis secara anorganik dalam tiga tahun ke depan, Sehingga dapat menjaga performa bisnis perseroan secara keseluruhan. Pertumbuhan anorganik merupakan strategi perseroan untuk mempercepat pertumbuhan dan memperkuat jaringan sebagai sebuah lembaga keuangan terbesar" – Pahala N Mansury, Direktur Keuangan Bank Mandiri.

Fokus kami mengembangkan pertumbuhan organik dalam arti kata memperluas dan menjangkau pasar yang belum tersentuh. Kami tetap concern ke pertumbuhan organik, jangan sampai kita mengembangkan bisnis anorganik tapi lalai untuk memperbesar fokus bank. Jadi kami sangat fokus kembangkan BRI dari dalam dulu.” Sofyan Basir, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia.

Jelas tergambar keduanya bersebrangan, bahkan ada yang menyindir strategi yang lain. Bank Mandiri terlahir dari proses mager sendari dulu sering memberikan porsi pertumbuhan anorganik lebih besar. Bahkan dalam Rencana Bisnis Bank Mandiri tahun ini telah menyiapkan dana kurang lebih 10 Triliun (lebih dari setengah dari laba BMRI tahun ini) guna menopang pertumbuhan anorganik, dengan rincian 3 triliun untuk menggenjot permodalan anak perusahaan yang telah ada, dan 7 triliun untuk mengakuisisi anak perusahaan yang lebih besar dari anak perusahaan yang telah ada (anak perusahaan Bank Mandiri: Bank Mandiri Syariah, Mandiri Sekuritas, Mandiri Tunas Finance, Bank Sinar Harapan Bali, AXA General Insurance, AXA financial Service, Bank Mandiri Europe Lmtd, Bank Mandiri International Remittance, dan yang terbaru InHealth insurance).

Bagaimana dengan rencana bisnis bank BRI? Beberapa hari yang lalu bank jagoan kredit mikro itu mengumumkan telah membeli satelit seharga 2,5 triliun, mereka mengklaim itu adalah satelit perbankan pertama di dunia. Hanya untuk menghubungkan sistem dan jaringan ATM dan Cabang diseluruh Indonesia, BRI berani untuk berinvestasi sebesar itu. Mereka tidak terlalu tertarik untuk ‘belanja’ perusahaan lain, untuk menopang pertumbuhan bisnisnya, mereka fokus membenahi bank dari dalam. Luar biasa sekali.

Lalu lebih baik mana organik atau anorganik?

Jika saya ditanya seperti itu, sebagai penggila bola saya akan dengan mudah mengasosiasikan pertanyaan itu menjadi pertanyaan yang paling familier didunia Sepakbola: Lebih baik sepakbola menyerang atau bertahan? Maka jika pertanyaan itu yang mengemuka, jawabanya adalah faktor ‘Selera’ atau ‘Karakter’. Seorang pemuja sepakbola bertahan pasti kekeuh dengan falsafah “bertahan adalalah penyerangan terbaik”, sebaliknya pemuja Kick And Rush atau Total Football pasti menolak dengan lantang falsafah tersebut, “ bertahan itu membosankan”.

Bagi saya, pertumbuhan organik itu sama halnya dengan sepakbola bertahan, pertumbuhan yang sedikit resiko, lebih ekonomis, namun konservatif. Sedangkan pertumbuhan anorganik itu manifestasi sepakbola menyerang yang rentan dengan resiko, menghabiskan banyak tenaga, namun seringkali penuh tepuk tangan. Jadi sekali lagi tidak ada yang lebih baik, ini perkara ‘selera’ dan ’Karakter’.

Tapi sejujurnya saya lebih suka sepakbola Inggris daripada sepakbola Italia.

Selesai

Semacam disclaimer: ini tulisan pertama saya mengenai perbankan, tulisan pertama saya ketika telah resmi menjadi bankir (semoga bisa disebut demikian karena saya telah mengantongi sertifikasi bankir level satu), tulisan pertama saya sejak resmi meninggalkan bangku perkuliahan. Jadi bilamana banyak pemahaman yang sekiranya keliru, analogi yang berlebihan, atau bahasan yang tak fokus harap dimaklumi saja.

Sepertinya saya hanya sibuk mencari pembenaran. Alangkah mulianya jika anda tak membaca paragraf sebelum ini.

Selamat Hari Buruh Internasional, semoga kelak ada Hari Kelas Menengah Internasional. Heuheu

0 komentar:

Post a Comment