05 January 2012

Paradoks Kecerdasan


Tulisan ini sekaligus menjadi penjelasan kenapa menulis singkat (tanpa mengurangi esensi) itu sebuah pilihan yang saya anut , diakhir tulisan semoga anda akan bisa merenungi apa yang telah anda lakukan tanpa kehilangan banyak waktu dan tenaga untuk membaca beribu-ribu huruf didepan layar komputer anda.

Why? Read on…

Dalam dunia sepakbola, Lionel Messi dan C.Ronaldo dianggap sebagai ‘pesepakbola cerdas’ karena memiliki variasi gerakan yang cukup banyak. Ahmad Dhani, sang pionir Republik Cinta Manegement dianggap cerdas karena telah melahirkan banyak judul lagu yang (juga) beragam aliran musik.

Dengan kata lain, umumnya manusia mengukur kecerdasan dari banyaknya variasi yang bisa ia hasilkan, seperti seorang pemimpin dikatakan cerdas apabila telah menelorkan banyak idea atau gagasan di tempat yang dipimpinya dan sebaliknya dikatakan pemimpin tidak cerdas apabila menghasilkan ide yang itu-itu saja.

Sepintas, kecerdasan memang hanya diukur dengan banyaknya variasi yang muncul, namun ada sedikit yang mengganggu, sering orang yang dianggap intelek menyatakan seseorang dapat disebut cerdas kalo bisa menyederhanakan hal-hal yang rumit, menyederhanakan berarti menyederhanakan jumlah variasi. Sederhana disini juga tidak berarti tidak ada pilihan yang lain.

Disini kita mulai melihat paradoks, di satu sisi kecerdasan diukur dengan banyaknya variasi disisilain kecerdasan di ukur dengan kemampuan mengurangi variasi. Pembahasan pun dimulai, dalam bahasa inggris minimal ada 2 kata padanan dengan kata cerdas, yaitu intelligent dan expert (pakar). Dan kita akan menggunakan 2 kata ini untuk mengurai paradoks kecerdasan.

Analisisnya sederhana adalah orang yang bisa memperbanyak variasi adalah orang yang intelligent. Orang yang dapat memperbanyak variasi dan  sekaligus mengurangi variasi-variasi atas variasi esensial yang sederhana adalah orang yang expert. Dalam dunia ekonomika dan bisnis, seorang bisa dikatakan pakar ekonomi ketika dapat melihat detail (microeconomics), memproyeksikan kedalam bentuk macroeconomics dan dapat menjelaskan keterkaitanya dalam bentuk yang sederhana.

Finally, saya hanya ingin menyampaikan kesederhanaan bukan berarti bodoh, kesederhanaan pola pikir dan tindakan adalah pencapaian tingkat intelektualitas tertinggi. Berfikirlah efektif  teman, niscaya kesuksesan akan menyertaimu. -3 idiots-

thanks for reading :D

*terinspirasi tulisan Bernaridho Hutabarat (Business Intelligence Expert)

0 komentar:

Post a Comment