05 January 2012

Stewardship of Wealth : Sebuah Refleksi Pemikiran Organisasi Kemahasiswaan


Tujuh ratus tahun yang lalu tahun yang lalu, seorang teolog tekemuka asal italia bernama Thomas Aquinas mengemukakan sebuah pemikiran tentang seni memperoleh kekayaan. Dalam buku History of Economic Thought karya Henry William Spiegel, Thomas Aquinas memaparkan tentang bagaimana cara mengelola kekayaan dan melindunginya dengan analogi yang cukup unik. Kekayaan yang  bagi sebagian orang merupakan suatu hal yang musti dijaga atau dilindungi. Lebih lanjut Thomas Aquinas menyenggunakan istilah ‘pagar’ untuk melindungi kekayaan itu sendiri. Namun yang unik disini, ketika sebagian besar orang memilih untuk meninggikan dan memperkuat pagar yang dipakai untuk melindungi kekayaan dari pencurian atau pemindahaan kekayaan, Thomas Aquinas justru memberikan pemikiran yang baru, yaitu: bongkarlah pagar itu!
Pengambilan kekayaan secara paksa atau pencurian terjadi karena adanya perbedaan yang mencolok antara pihak yang memiliki kekayaan dengan pihak yang mencoba mengambil kekayaan tersebut. Ketimpangan menjadi akar dari segala masalah sosial yang berkaitan dengan motif ekonomi. Maka menurut pemikir yang terkenal dengan summa teologica nya itu  mengamankan kekayaan dengan ‘memperkokoh pagar’ tidaklah menyelesaikan masalah. Selalu ada pihak-pihak yang mencoba merusak pagar tersebut, terlebih jika pagar tersebut terlihat semakin kokoh, hal ini mengindikasikan harga atau nilai dari kekayaan dilindunginya yang artinya semakin banyak pihak yang akan memperebutkanya. 
Pemikiran sederhana ini ternyata banyak diaplikasikan kedalam berbagai bidang, seperti bidang politik, hukum dan disiplin ilmu sosial lainya. Dalam bidang ilmu politik misalnya, kekayaan didefinisikan sebagai kekuasaan, sedangkan pagarnya merupakan penghalang menuju kekuasaan itu sendiri, sedangkan bentuk kejahatanya bisa disebut pengambil-alihan kekuasaan, yang bentuknya cukup beragam seperti kudeta, makar, akuisisi, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana dengan dengan organisasi kemahasiswaan? Adakah kaitan unit kegiatan mahasiswa bidang pemerintahan mahasiswa (BEM/LEM/DEMA) dengan pemikiran ini?
Organisasi kemahasiswaan (bidang pemerintahan)  kini telah memasuki babak baru. Organisasi ini kini memiliki kecenderungan lebih moderat, lebih humanis, dan lebih populis. Namun sejak dahulu ada ciri organisasi kemahasiswaan ini tak pernah berubah, yaitu proses perebutan pengaruh. Pengaruh inilah yang menjadi daya tarik dalam perjalanan organisasi kemahasiswaan, seperti kekayaan dalam pemikiran Thomas Aquinas diatas. Dalam bahasa yang lebih sederhana, organisasi kemahasiswaan memperjuangkan untuk mempertahankan eksistensi dan pengaruh dengan cara yang beragam. Ada yang menginginkan posisi yang lebih tinggi dibanding organisasi yang lain agar lebih leluasa memberikan pengaruh. Ada yang memposisikan lebih rendah dengan alasan sebagai wadah aspirasi, namun hal itu sebenarnya bukan tujuan utama, tujuan utamanya tetap memberikan pengaruh.
Proses perebutan pengaruh ini yang kadang sebuah organisasi pergerakan kampus menggadaikan idealismenya. Bukan perkara tinggi-rendah atau kuat-lemahnya posisi (baca: pagar), tapi ini perkara jarak kekuasaan.  Power distance is the extent to which the less powerful members of organizations and institutions (like the family) accept and expect that power is distributed unequally - Hofstade. Bagaimana cara kita membuka diri dan menciptakan budaya agar tidak mencerminkan perbedaan dalam distribusi kekuasaan, melainkan cara orang memandang perbedaan-perbedaan kekuatan itu sendiri, sehingga antar organisasi merasa memiliki kesamaan dalam berhubungan satu sama lain terlepas dari posisi formalnya. Hal inilah yang coba kami bangun dalam satu tahun kepengurusan lalu. Kami sadar satu tahun merupakan waktu yang singkat untuk melakukan perubahan, maka sudah menjadi kewajiban bagi kami untuk memastikan generasi berikutnya meneruskan bangunan ini. Selamat berkarya generasi baru!


0 komentar:

Post a Comment