19 March 2013

Timnas Indonesia: Tetap Dirindukan Meski Tak Dikelola Profesional


Saya rindu mendengar gemuruh kumandang Lagu Indonesia Raya yang begitu menggetarkan jiwa di Stadion Gelora Bung Karno yang memerah.

Sore tadi kombinasi dua pelatih tersukses di liga Indonesia dalam satu dekade terakhir, Rahmad Darmawan dan Jacson F Tiago ― keduanya juga pernah mengantarkan Persipura menjadi Kampiun di Liga Indonesia pada tahunnya masing-masing, mengumumkan 28 nama pemain Timnas Indonesia untuk melawan Arab Saudi di Pra Piala Asia 2015. Timnas kali ini bisa jadi menjadi babak baru persepakbolaan tanah air, menyusul Kongres Luar Biasa PSSI dua hari lalu yang konon katanya menemui kesepakatan baru ― meski dalam hati saya yang terdalam, kisruh sepakbola indonesia belum akan surut.

Akhirnya, sayapun takjub dengan 28 nama yang telah diumumkan itu. Kalo dalam 5 tahun terakhir skuat Garuda tak dihuni pemain-pemain terbaik negeri ini, kali ini, menurut saya, nama-nama ini sudah merepresentasikan kekuatan sepakbola Indonesia ― jika disuruh sebut angka saya berani menyebut diatas 80 persen. Saya pun langsung mencoba mengotak atik line-up terbaik tanpa bermaksud meringankan tugas Rahmad Darmawan dan Jackson F Tiago, berikut the winning streak versi saya.

Posisi penjaga gawang saya masih percaya pada Kurnia Meiga, meski kiper asal Bali, I Made Wirawan juga cukup tangguh menurut saya. Dibarisan pertahanan ada banyak nama punggawa kelas satu Indonesia, pilihanya jatuh pada kombinasi: Raphael Maitimo, Victor Igbonefo, Abudur Rahman, Zulkifli Syukur ― meskipun M. Ridwan, Ricardo Salampessy, dan Hamka Hamzah juga tak begitu buruk. Didepan barisan pertahanan, jika mau menggunakan Deep Lying Playmaker, saya yakin pada Ponaryo Astaman. Tapi jika mau menggunakan kombinasi Holding Midfielder dan Box-to-Box Midfielder, pilihanya jatuh pada duet Firman Utina dan Ahmad Bustomi.

Menuju sisi lapangan, kali ini Timnas punya nama-nama yang mengusung kecepatan, seperti Andik Vermansyah dan pemain naturalisasi baru Greg Nwokolo (meski juga bisa dipasang didepan). Di ujung tombak, pilihan saya jatuh pada bintang iklan Pocari Sweet, Irfan Bachdim dan pemain berdarah Belanda, Sergio van Dijk. Namun jika butuh penyerang yang bisa men-delay permainan seperti Demitar Berbatov di Fulham, nama Titus Bonai layak dimasukan kedalam squad Merah-Putih.

Sampai paragraf ini semuanya terasa menyenangkan, antusias memuncak, sepertinya tak sabar menuju pertandingan Timnas Indonesia versus Arab Saudi. Kepala saya pun dipenuhi optimisme yang luar biasa dan tentunya harapan masa keemasan sepakbola Indonesia tak lama lagi. Bisa dibayangkan auranya ketika kongres berhasil, penyatuan liga disepakati, dualisme kepengurusan pun nampaknya akan berakhir, pemain terbaik negeri ini siap berkontribusi, dan ditambah dua pelatih tersukses di Indonesia satu dekade terakhir dibelakang mereka.

Tapi tunggu sebentar, semua kesenangan dan optimisme itu nampaknya tak akan lama, setelah saya mendapati berbagai kutipan dari petinggi sepak bola beberapa hari ini. Silahkan disimak dan coba dirasakan apa yang terjadi sesungguhnya, kutipan ini sudah saya urutkan rentang waktunya.

"Saya dan teman-teman tadi siang habis shalat Jumat diminta suruh pulang oleh Blanco. Alasannya tidak tahu. Katanya kami tidak memenuhi syarat, teman-teman juga kaget dan bingung.  " Kiper Timnas, Syamsidar.

"Alasannya tidak disiplin. Seharusnya mereka berbicara dulu kepada pihak BTN. Tidak disiplinnya seperti apa. Anak-anak baru datang hari Rabu. Saya curiga dia bukan pelatih. Habis bertanding tidak bisa digenjot seperti itu, kalau pemain ISL tidak bisa masuk ya semua saja dikeluarkan. Belum melihat secara benar, tapi sudah dicoret saja." Sekjen PSSI, Harbiansyah.

"Saya awalnya memang dihubungi kemarin melalui telepon dan disampaikan bahwa timnas tidak ada pelatih. Kemudian saya menyetujui, saat diinformasikan, saya hanya akan sampai melawan Arab Saudi. Saya akan membantu semampunya." Pelatih sementara Tim Nasional Indonesia.

"Untuk itulah diperlukan coach sekelas Blanco. Rencana memasukan nama Coach RD belum pernah dikonsultasikan kepada saya, tahu-tahu nama coach RD sudah didaftarkan ke AFC sedangkan coach Blanco yang menangani timnas." Ketua PSSI, Djohar Arifin Husein.

"Belum ada sama sekali pemberitahuan tentang status saya. Saya masih merasa pelatih. Saya di kontrak dua tahun, tapi saya belum dikasih tahu siapa yang akan memimpin timnas lawan Arab Saudi." Pelatih Timnas, Luis Manuel Blanco.

"Pelatih timnas tetap Blanco. Rahmad dan Jacksen ilegal." Ketua Badan Tim Nasional, Isran Noor.

"Saya bawalah kepada Djohar. Dan dia setuju. Berarti jika dia berbeda omongannya, itu artinya dia memojokkan saya. Semua saya laporkan. Komunikasi juga dengan ketua BTN sangat susah sekali. Apakah ponselnya hilang, kecewa dia saudara saya sendiri." Sekjen PSSI, Harbiansyah.

Sudah bisa dibayangkan? ― Saya menduga, para petinggi sepak bola kita dulu masa mudanya suka digantungkan hubungannya oleh pasangan, oleh karena itu sekarang mereka diberi kekuatan untuk menggantungkan nasib masyarakat sepakbola Indonesia.

Ketika optimisme telah memuncak, ada saja prahara yang tak henti-hentinya menguji sepakbola Indonesia. Masalah Apa yang terjadi dalam kasus Blanco-RD adalah ulangan dari kasus sebelumnya yang melibatkan Nil Maizar. Usai menjalani pertandingan menghadapi Irak di Kualifikasi Piala Asia, tiba-tiba Djohar Arifin Husin memperkenalkan Blanco sebagai pelatih timnas yang baru. PSSI 'menggantung' Nil karena sama sekali tidak memberi penjelasan soal statusnya, hingga hari ini. Berarti saat tulisan ini anda baca, Timnas Indonesia sebenarnya ditangani oleh 3 orang: Nil Maizar, Luis Blanco, dan Rahmad Darmawan.

Oh iya, jangan lupakan juga pelatih Timnas ― favorit saya juga, yang membintangi iklan Sosis dan jasa pengiriman barang JNE, Alfred Riedl. Ketika itu Riedl diputus kontraknya secara sepihak oleh PSSI, dengan dalih kontraknya (bersama kepengurusan lama PSSI) tidak jelas.

Pada akhirnya proses penunjukkan pelatih timnas tidak dilakukan secara transparan ini menunjukkan bahwa manajemen timnas dikelola secara tidak profesional, banyak kewenangan yang tak tertulis jelas, asymetric information merebak, dan tentunya konflik kepentingan.

Apapun yang tidak dimulai dengan baik, tidak akan berakhir dengan baik.

Selesai.

Oh iya saya baru saja membeli Air Freshner Matic, kemudian untuk alasan ekonomis saya atur waktu 40 menit, dan saya mendengar 3 kali semprotan disertai aroma Green Fantasy saat saya menulis tulisan ini.

0 komentar:

Post a Comment