“Most days of the year are
unremarkable. They begin, and they end, with no lasting memories made in between.
Most days have no impact on the course of a life.“ – 500 days of summer.
Saya pikir Ferguson ingat kata-kata
narator dalam film fiksi yang dibintangi oleh Zooey Deschanel dan Joseph
Gordon-Levitt itu, sebelum pertandingan versus Reading di Old Trafford, minggu
dini hari ini dimulai. Meski dua jam sebelum pertandingan dimulai, rival
terdekat manutd tersungkur di Goodison Park, Ferguson nampaknya tak ingin menganggap
pertandingan ini lebih spesial dari pertandingan-pertandingan lain. Hal ini
terbukti dari line-up yang diturunkan, menurut saya bukan the winning streak
yang biasa digunakan untuk memastikan pertandingan agar lebih mudah ―
tanpa merendahkan Reading.
Selain duet Vidic-Ferdinand dan
Rooney-Van Persie tak ada lagi yang membuat nyaman bagi pendukung manutd. Nama-nama
penghias starting line-up seperti: Carrick, Kagawa, dan Valencia menghiasi
bangku cadangan, bahkan bagi Luis Nani, Patrice Evra, Phil Jones, Paul Scholes
hanya bisa menyaksikan teman-temannya bergulat di lapangan hijau dari bangku
penonton kala cedera mendera mereka.
Pertandingan pun sudah bisa
ditebak: berjalan ala kadarnya ― mungkin seperti penampilan Fatin kemaren
malam di X-Factor Indonesia yang dianggap kurang power dan seperti biasanya
ketika membawakan lagu milik No Doubt berjudul "Don't Speak". Saat
pertandingan saya bahkan menyempatkan multitaskting dengan melihat garis waktu,
bermain Free Cell, mencoba beberapa picture stlye Canon dan juga mempersiapkan materi
buat tulisan ini, saat pertandingan berlangsung. Satu-satunya yang cukup saya
nantikan di pertandingan adalah bagaimana Ryan Giggs dan Anderson berbagi peran
di lapangan tengah untuk menyeimbangkan tim.
Akhirnya rasa penasaran saya
terjawab di pertandingan, Ryan Giggs pada pertandingan itu menurut saya lebih
berperan sebagai Ball Winning Midfielder, bukan Deep-Lying Playmaker atau
Holding Midfielder yang sukses diperankan oleh Michael Carrick musim ini. Ball-Winning
Midfielder (BWM) adalah Anchor Man yang
berada di posisi Central Midfielder. Jadi sekali lagi, menurut saya Ryan Giggs
di pertandingan ini tidak menggantikan peran Carrick.
Selain penampilan gemilang bintang
iklan rokok Indonesia, Rio Ferdinand yang mencuri perhatian saat intersep atas
serangan Reading nya berhasil diteruskan dengan solorun dan dribling yang
fantastis dan berujung pada assist kepada Wayne Rooney, tak ada peran yang
menonjol di kubu Setan Merah.
Rekan Ryan Giggs di lapangan
tengah, Anderson yang diharapkan menggantikan Tom Cleverley pun nampaknya gagal
menjadi seorang box-to-box midfielder yang ampuh, ia terlihat lebih
berhati-hati memerankan posisi ini yang berujung pada passes completion-nya
yang yak begitu tinggi. Alexander Buttner yang didapuk menjadi pengganti
Pratrice Evra juga demikian, selain tatto di sekujur tubuhnya, dan namanya yang
selalu mengingatkan saya pada mentega, juga tak ada yang spesial. Ashley Young
dan Danny Welbeck pun setali-tiga-uang dengan Anderson dan Buttner,
penampilanya tak semengerikan duet Nani-Valencia yang terbukti ampuh dua musim
belakang ini mengalirkan bola lewat sisi-sisi lapangan. Bahkan Welbeck nampaknya
menjalani peran di pertandingan ini lebih sebagai Poacher jika duet Rooney-Van Persie macet. Smalling apalagi, yang
saya ingat hanya crossingnya yang begitu tinggi di menit 70an.
Di pihak Reading, hampir tak ada
yang mencuri perhatian di pertandingan itu selain Cartaker baru Eamonn Dolan, dengan beberapa kali tertangkap
kamera tengah hiperaktif dipinggir lapangan. Cartaker yang sebelumnya menjadi
pelatih akademi sepakbola Reading seringkali terlihat melakukan bahasa isyarat
untuk anak buahnya dengan gerakan-gerakan yang unik, sepanjang pertandingan
juga ia acapkali berdiskusi dengan staff pelatih Reading lainya. Atas usahanya
yang tak kenal lelah berdiri di pinggir lapangan itu saya anugrahkan sebagai Man
of The Match bagi Reading.
Hasil ini membawa keunggulan 15
point atas “tetangga yang berisik” dengan 9 pertandingan sisa, selain sebagai
pengurai kegalauan para pemain dan fans pasca tersingkir secara dramatis dari
Real Madrid di Liga Champions ― dan beruntung Manutd tak kalah dari
Chelsea minggu lalu. Hitung-hitungannya, dari 29 pertandingan Manutd mengemas
74 point, sementara Mancity mengemas 59 point, dengan sisa 9 pertandingan (27
point maksimal), Manutd akan mengunci gelar ketika bisa mengumpulkan 12 poin (4
kali kemenangan). Namun bagi saya gelar ke-20 bagi Manutd bisa dipercepat jika Manutd bisa mengalahkan Mancity di Old
Trafford 2 minggu mendatang ― dengan catatan Manutd juga Menang lawan
Sunderland pekan depan.
Pasca pertandingan Ferguson pun
berujar "Kami akan bermain tandang melawan Sunderland di laga berikutnya,
di mana selalu sulit untuk bermain di sana. Lalu kami harus menghadapi
Manchester City di kandang. Jika Anda cepat merasa puas, maka Anda tidak akan
mendapatkan poin dan juga titel juara."
Akhirnya pertandingan ini sama
sekali tak spesial, selain keunggulan 15 point. Harusnya Manutd tak usah ikutan berpartisipasi agar Liga Inggris kembali terlihat 'kompetitif' dengan mengurangi keunggulan itu ― seperti musim lalu yang perolehan gelar juara harus dipastikan di menit-menit akhir liga, dan menjadikan Liga paling dramatis didunia, biar lah musim ini menjadi musim yang sempurna bagi Manutd di Liga Inggris,
Selamat beristirahat. :)
*foto: Matthew Peters/Getty Images
*foto: Matthew Peters/Getty Images
0 komentar:
Post a Comment